Biografi Islam. Berikut adalah Biografi Ulama yang kitabnya menjadi rujukan dipesantren-pesantren Nusantara, kitab Sullam At-Taufiq. Beliau adalah Habib Abdullah bin Husain At-Thahir.
Sayyid
Abdullah bin al-Husain bin Thahir al-‘Alawy al-Hadhramy, adalah seorang Ulama
yang dikenal sebagai ahli ilmu fiqih yang bermadzhab Syafi’i dan sekaligus ahli
ilmu nahwu. Beliau dilahirkan di Tarim, Hadhramaut, Yaman pada tahun 1191 H.
Beliau pernah mukim beberapa tahun di Mekah dan Madinah dan belajar kepada
beberapa Ulama’ yang masyhur disana.
Tarim,
adalah sebuah kota kecil di Yaman Selatan. Beliau menimba ilmu dari ulama-ulama
besar di Hadhramaut dan ulama-ulama besar dari Makkah dan Madinah. Dengan
kemauan yang kuat dan kecerdasan yang luar biasa, serta kebersihan dan
keikhlasan hatinya, beliau pada akhirnya menjadi salah seorang Ulama
paling besar pada masanya. Dari beliau banyak sekali lahir murid-murid yang
kemudian menjadi Ulama-ulama besar di antaranya adalah al-Alamah Muhammad bin
Husain al-Habsyi dan al-Habib Ali Al-Habsy, penulis risalah Maulid Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terkenal di Nusantara dengan Simthud
Durar.
Karya Ibnu Husaian At-Thahih
Dari
tangan beliau juga lahir karya-karya kitab yang cukup fenomenal, antara lain
Diwan (kumpulan syair),
- al-Washiah an-Nafi’ah fî Kalimat Jami’ah,
- Dzikru al-Mu’minin bima Ba’atsa bihi Sayyidil Mursalin (berisi tentang ajakan untuk mengerjakan amal salih),
- Dan Miftahul I’rab (tentang ilmu nahwu) dan Majmu’, kemudian As-Sullamu at-Taufiq (tentang fiqih).
Beliau meninggal dunia pada usia 81 tahun, yakni pada tahun 1272H.
Tepatnya, setelah menjalani kehidupan yang penuh dengan perjuangan di jalan
Allah, baik dalam ilmu agama maupun perjuangan politiknya, dengan mengatakan
yang benar di hadapan penguasa pada masa itu.
Setelah
beberapa tahun di Mekah dan Madinah beliau kembali ke negara-nya dan bermukim
di Masilah, suatu daerah yang terletak disebelah selatan kota Tarim. Disana beliau
mengabdikan diri untuk memberikan ceramah dan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan
mengisi waktu-waktunya untuk beribadah.
Murid
beliau, Al-Habib Al-Idrus bin Umar bercerita bahwa setiap hari gurunya membaca
“Lâ Ilâ ha Illallâh’ sebanyak 25.000 kali, membaca “Ya Allah” sebanyak 25.000
kali dan membaca shalawat juga sebanyak 25.000 kali. Selain itu setiap akan
mengerjakan shalat fardhu beliau mandi dan memakai minyak wangi.
Diantara
nasehat-nasehat beliau :
Dikatakan
dalam kitab beliau Umdatur Roghib Fi Mukhtashori Bughyatut Tholib, Shahifah;
10. Bahwa bagi orang yang berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar (mengajak
orang lain mengerjakan kebaikan dan mencegah meninggalkan kemungkaran),
hendaknya bersikap lembut dan belas kasihan pada semua orang. Mengajak mereka
sedikit demi sedikit, dan apabila melihat mereka meninggalkan kewajiban maka
suruh mereka untuk mengerjakan yang paling penting dari kewajiban-kewajiban
tersebut, jika mereka mengerjakannya barulah diajak untuk mengerjakan yang
lainnya.
Ajak
mereka mengerjakan kebaikan dan takut-takuti agar tidak meninggalkan kewajiban
atau melakukan kemungkaran. Namun lakukan semua itu dengan lembut dan belas
kasihan, dan tanpa memandang apakah mereka memuji atau mencela, mereka
memberikan sesuatu atau tak memberikan apa-apa, sebab jika sampai orang yang
berdakwah memandang semua itu maka ia akan melakukan segala sesuatu dengan
tujuan mudahanah (= mencari muka).
Dan apabila mereka melakukan banyak hal yang dilarang oleh agama
dan tak menggubris larangan-larangan agama, maka beri tahu mereka tentang
larangan-larangan tersebut sebagiannya saja, lalu lain kali beritahu larangan-larangan
lainnya dan begitu seterusnya” Beliau wafat pada bulan Robi’ul Awwal tahun 1242
H.
0 Komentar untuk "ABDULLAH BIN HUSAIAN AT-THAHIR (w. 1242 H)"