Biografi Islam. Nama kebesaran
Syaikh Makhfudz begitu mempengaruhi, baik Ulama yang bermuwajjahah ( bertemu
langsung ) dengan beliau, atau santri-santri beliau, bahkan Ulama-ulama yang
jauh setelah wafatnya Kiai Termas yang mendunia ini.
Nama dan nasab Syaikh Makhfudz
adalah Al-Imam Al-‘Alamah Al-Faqihul Usûl, Al-Muhaddits, Al-Muqarri’ Muhammad
Mahfudz bin Abdullah bin ‘Abdul Manan, At-Tirmisy ( bersal dari Termas - Jatim -
Indonesia), Al-Makiyyi ( berpindah ke Mekkah), Asy-Syafi’I ( bermadzhab
Syafi’iyah ).
Beliau lahir di Pacitan Termas -
Jatim, tepatnya di Desa Semanten (1 Km dari arah utara kota Pacitan). Disini
juga terdapat Pondok Pesantren Termas yang didirikan oleh kakek Syaikh
Makhfudz, KH Abdul Mannan (1830 – 1862 M).
KH Abdul Mannan
yang mempunyai nama kecil Raden Bagus Darso adalah putra dari Raden Ngabehi
Dipomenggolo. Beliau adalah peletak batu pertama Pondok Tremas yang dirintis
selepas studinya di Pondok Tegalsari Ponorogo di bawah asuhan KH Hasan Besari.
Selanjutnya
beliau mendirikan pondok pesantren didesa Semanten (1 Km dari arah Utara Kota
Pacitan). Dengan dasar pertimbangan kekeluargaan, jauh dari keramaian atau
pusat pemerintahan, dan lebih kondusif bagi para santri dalam belajar maka
akhirnya beliau mutasi ke daerah Tremas.
Dari nama desa
Tremas inilah kemudian pondok ini masyhur dengan sebutan Pondok Tremas. Hingga
akhirnya KH. Abdul Manan wafat pada hari Jum’at (minggu pertama) bulan Syawal
1282 H. dan dimakamkan di desa Semanten. Beliau meninggalkan tujuh orang putra,
yang antara lain adalah KH. Abdullah.
Generasi Pertama Orang Indonesia di
Al Azhar Mesir
Dalam buku Jauh
di Mata Dekat di Hati; Potret Hubungan Indonesia – Mesir terbitan KBRI Kairo,
disebutkan bahwa pada tahun 1850-an di komplek Masjid Al Azhar telah dijumpai
komunitas orang Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Ruwak Jawi (hunian
bagi orang Indonesia). Selain Ruwak Jawi, di masjid ini juga terdapat tiga
Ruwak lain, yakni Ruwak Atrak (Turki), Ruwak Syami (Suriah) dan Ruwak
Maghorobah (Maroko).
Salah satu
pelajar pertama Indonesia yang tinggal di Mesir dan tercatat di buku terbitan
tahun 2010 ini adalah KH Abdul Manan Dipomenggolo Tremas, kakek dari Syaikh
Mahfudz Attarmasi.
KH Abdul Manan
Dipomenggolo tinggal di Al Azhar Mesir sekitar tahun 1850 M. Selama di Negeri
Piramid, beliau berguru kepada Grand Syeikh ke-19, Ibrahim Al Bajuri. Jadi
wajar di tahun-tahun itu ditemukan kitab Fath al-Mubin, syarah dari kitab Umm
al-Barahin yang merupakan kitab karangan Grand Syeikh Ibrahim Bajuri mulai
dibaca di beberapa pesantren di Indonesia.
Pengembaraan KH
Abdul Manan Dipomengolo dalam menuntut ilmu di timur tengah kelak diikuti oleh
generasi selanjutnya, yaitu KH Abdullah (Putra KH Abdul Manan Dipomengolo),
Syaikh Mahfudz Attarmasi, KH Dimyathi Tremas, KH Dahlan Al Falaki Tremas
(Ketiganya kakak beradik, Putra KH Abdullah) yang menuntut ilmu di Makkah.
KH Abdul Manan
Dipomengolo telah berhasil meletakkan batu landasan sebagai pangkal berpijak ke
arah kemajuan dan kebesaran serta keharuman pondok pesantren di Nusantara.
Kegigihannya dalam mendidik putra-putranya sehingga menjadi ulama-ulama yang
tidak saja menguasai kitab-kitab yang dibaca, lebih dari itu, juga berhasil
menyusun berbagai macam kitab dan memiliki kontribusi besar terhadap
perkembangan dunia Islam, seperti Syaikh Mahfudz, seorang ulama besar
Nusantara, Malaysia, dan Thailand yang pernah menjadi imam Masjidil Haram dan
pemegang sanad Shoheh Bukhari-Muslim.
Maka sangat
wajar bila nama KH Abdul Manan Dipomengolo, pelajar Indonesia pertama di Al
Azhar Mesir dan pendiri Pesantren Tremas disebut sebagai peretas jejaring
intelectual chains generasi ulama-ulama nusantara
Sedangkan Dalam
kitab Al-Ulama’ Al Mujaddidun karya KH. Maimoen Zubair Sarang Rembang, Kiai Abdul
Manan adalah salah seorang Ulama Ahlussunnah yang pertama kali membawa, mengaji
dan mempopulerkan kitab Ithaf Sadat Al-Muttaqin, yaitu syarah dari kitab Ihya’
Ulumuddin karya Imam al-Ghazali.
KH Abdullah (1862-1894 M)
Sepeninggal KH.
Abdul Manan, maka pengasuh atau pimpinan digantikan oleh putranya yang bernama
KH. Abdullah. Pada masa kecilnya beliau mendapatkan pelajaran dasar dari
ayahnya sendiri di Pondok Tremas.
Setelah cukup
dewasa KH. Abdullloh diajak oleh ayahnya pergi ke Makkah Al-Mukarromah untuk
menunaikan ibadah haji, dan menetap di Makkah untuk menuntut ilmu. Setelah
beberapa tahun di makkah beliau kembali ke Tremas lagi, dan membantu ayahnya
mengajar di Pondok Tremas.
Pada periode
ini mulai berdatangan beberapa santri yang berasal dari daerah lain, seperti
Salatiga, Purworejo, Kediri dan lain-lain. Pada waktu itu baik jalan
Pacitan-Ponorogo maupun Pacitan-Solo belum ada kendaraan, sehingga orang yang
ingin memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam ( mengaji ) ke Pondok Tremas
harus berjalan kaki dengan melewati gunung-gunung dan hutan yang masih cukup
lebat.
Dengan semakin
banyaknya santri maka kebutuhan akan tempat tinggal semakin mendesak hingga
akhirnya dibangun asrama baru untuk tempat tinggal mereka yang nantinya di masa
KH. Dimyathi lebih dikenal dengan nama “ Pondok Wetan “. Dalam bidang
pendidikan, pada masa KH. Abdullah ini juga mengalami perkembangan, hal itu
disebabkan karena santri lama yang sudah menghkhatamkan kitab-kitab dasar
berkeinginan untuk melanjutkan beberapa kitab yang lebih tinggi. Sedang santri
lama yang dianggap cakap dilibatkan dalam membimbing santri baru.
Meskipun
perkembangan pada masa KH. Abdullah ini tidak begitu mencolok bila dibandingkan
dengan keadaan Pondok Tremas pada masa KH. Abdul Manan, namun sepanjang KH.
Abdullah memimpin Pondok Tremas, beliau telah berhasil meletakkan suatu batu
landasan sebagai pangkal berpijak kearah kemajuan dan kebesaran serta keharuman
Pondok Tremas dikalangan pondok pesantren khususnya dan pendidikan Islam
umumnya.
Keberhasilan
KH. Abdullah dalam meletakkan batu landasan tersebut adalah keberhasilan beliau
dalam mendidik putra-putranya sehingga menjadi ulama-ulama yang tidak saja
menguasai kitab-kitab yang dibaca, tapi lebih daripada itu juga telah berhasil
menyusun berbagai macam kitab yang kontributif bagi dunia ilmu pengetahuan
Islam, seperti KH Mahfudz yang masyhur dengan sebutan “ Attarmasie “ yang
memperoleh tempat tersendiri dalam dunia ilmu pengetahuan Islam di negara Arab.
Barangkali
karena pengalaman KH. Abdullah dalam menuntut ilmu di Makkah, sehingga kemudian
putra laki-lakinya semua dikirim ke Makkah untuk menuntut ilmu disana. Putra
pertama yang dikirim ke Makkah bersamaan musim haji adalah Muhammad mahfudz.
Setelah mukim disana beliau menuntut ilmu dengan tekun dibawah asuhan guru
utamanya yaitu Syeikh Abu Bakar Syatha sehingga menjadi ulama besar yang mampu
mendudukkan dirinya sebagai salah seorang pengajar di Masjidil Haram dan lebih
masyhur dengan sebutan Muhammad Mahfudz Attarmasie.
Kebesaran Syaikh Makhfudz Termas
Dikalangan para
Kiai Jawa, Syaikh Mahfudz terkenal sebagai seorang ahli hadits. Beliau juga
diakui sebagai seoarang Isnad(mata rantai) yang sah dalam trasnisi intelektual
pengajaran Shohih Bukhari. Ijazah ini berasal langsung dari Imam Bukhari itu
sendiri yang ditulis sekitar 1000 tahun yang lalu dan diserahkan secara
berantai melalui 23 generasi ulama yang telah menguasai Shohih Bukhari. Syaikh
Mahfudz merupakan mata rantai yang terakhir pada waktu itu.
Syaikh Mahfudz
bisa dikatakan sebagai seorang penulis yang produktif. Beliau mengarang
sejumlah kitab tentang berbagai disiplin keislaman, seluruhnya ditulis dalam
bahasa arab. Sayang, banyak karianya yang belum sempat dicetak bahkan beberapa
diantaranya bahkan dinyatakan hilang. Dalam menulis, konon Syaikh Mahfudz
ibarat sungai yang airnya terus mengalir tanpa berhenti. Gua Hiro menjadi
tempatnya mencari inspirasi. Beliau biasa menghabiskan waktunya di gua tempat
Nabi menerima wahyu-Nya yang pertama itu
Karya Syaikh Makhfudz Termas
Diantara
karya-karya besar beliau yaitu :
- Al-kil’ah al Fiqriyah bi Syarh Al-Minhah Al-Khoiriyyah 13 bagian
- Al-Budur Al-Munir Al-Imam Ibnu Al-Katsir 6 bagian
- Al-Fawaidz At-Tirmisiah ‘ala As-Sanid Al-Qiro’at As’ariyahsatu bagian
- Al-Is’af Al-Matoli bi Syarh Al-Lami’ Nadhom Jam’ Al- Jawami’2 jilid
- Al-Minhah Al-Khoiriyyah fi ‘Arbain Haditsan min Ahadits Khoir Al-Bariyah dalam 2 bagian
- An-Niyah At-Tholabah bi Syarh Nadhom At-Thoyibah fi Al-Qiro’at Al-As’ariah 1 jilid
- As-Siqoyah Al-Mardiyah fi Asma Al-Kutb Al-Fiqhiyah Asy-Syafi’iyah dalam 3 bagian
- Bughyah Al-Adzkiya’ fi Al-Bahts ‘an Karomah Al-Auliya’ 3 bagian
- Fath Al-Khobir bi Syarh Miftah As-Sair 15 bagian
- Hasiyah Takmilah Al-Manhaj Al-Kowin Ila Al-Faroid 1 jilid
- Inayah Al-Muftakir Fima Yata’alaq bi Sayyidina Al-Hadhor 2 bagian
- Insiroh Al-Muad fii Qiro’ah Al-Imam Hamzah 13 bagian
- Khifayah Al-Mustafid Fima ‘ala min As-Sanid satu bagian
- Manhaj Dzhawi Nadhor bi Syarh Mandumah Ilm Atshar
- Muhibbah Dzy Al-Fadl ‘ala Syarh Muqoddimah Ba Fadhal 4 jilid besar
- Nail Al-Ma’mul bi Hasyiah Ghoyah Al-Wusul fi ‘Ilmi Al- Ushul 3 jilid
- Tahayu’ah Al-Fikr bi Syarh Al-Fiah As-Sair 14 bagian
- Tamim Al-Manafi’ fi Qiro’at Al-Imam Nafi’ 16 bagian
- Tanwir Ash-Shodr fi Qiro’ah Al-Imam Abi Amr 8 jilid
- Tsulasiat Al-Bukhari 1 bagian.
Murid-Murid Syaikh Makhfur Termas
Pada waktu
mengajar di Masjidil Haram, kebanyakan murid-muridnya berasal dari Jawa, antara
lain saudara-saudaranya sendiri seperti
- KH. Dimyathi,
- K. Dahlan,
- K. Abdul Rozaq,
Terdapat juga
tokoh-tokoh lain yang setelah pulang ke Jawa kemudian menjadi Ulama’ besar di daerahnya
masing-masing, sebut saja seperti Ulama-ulama yang tidak asing hingga sekarang
ini, diantaranya adalah Sbb:
- KH. Hasyim Asy’ari dari Tebuireng Jombang,
- KH.Wahab Hasbulloh Tambakberas,
- KH. Bisri Syansuri Denanyar ( Ketiganya kelak mendirikan Jam’yyah Nahdlatul Ulama’)
- KH. Baidlowi Lasem,
- KH. Ma’sum Lasem,
- KH.Kholil Lasem,
- KH.Abbas Jamil Buntet Cirebon,
- KH. Dahlan dari Watucongol Muntilan,
- Raden Mas Kumambang dari Surabaya,
- KH.Raden Asnawi Al Hafidz Kudus dan lain sebagainya.
Wafatnya Syaikh Makhfudz Termas
Syaikh Makhfudz
wafat di Mekkah Al-Mukarramah, pada Hari Ahad pada tahun 1338 H. sedangkan hari
dan tanggal wafatnya Syaikh Makhfudz, baik didalam muqaddimah kitab beliau,
diantaranya Hasyiyah At-Tarmasy tidak disebutkan. Disana disebutkan bahwa
beliau dimakamkan di maqbaroh keluarga Syatho di Mekkah Al-Mukarramah.
Baca Juga Hikayah KH Kholil Bisri
0 Komentar untuk "Syaikh Makhfudz Termas (1285 – 1338 H)"