Sahabat
Biografi Islam, yang dimuliakan Allah Ta’ala. Berikut adalah Biografi Ulama terkemuka,
kemampuan keilmuannya mampu berfatwa dalam bebeberapa Madzhab. Tidak lain
adalah Abu Bakar Al-Baqilany (338 - 403 H)
Nasab Abu Bakar Al-Baqilany
Beliau adalah
Abu Bakar Muhammad bin at-Thib bin Muhammad yang lebih dikenal dengan
al-Baqillany atau Ibnu al-Baqillany.
Ibnu Khalqan
ketika menyebut nasab beliau berkata, “Ini adalah nisbah kepada al-Baqilla dan
seputarnya. Al-Baqilla memiliki dua lughat (cara pengucapan); dengan tasydid
lam dan pendek alif (al-Baqilla) atau tanpa tasydid lam dan
memanjangkan alif (al-Baqilaa). Nisbah ini adalah syadz (tidak
relevan) karena tambahan huruf nun di akhirnya. Hal itu sama dengan nisbah
kepada Shan’a yaitu Shan’any, atau kepada Bahra’ yaitu Bahrany
Beliau
dilahirkan di Bashrah, tepatnya di Irak dan mengambil ilmu dari para ulama
senior yang ada di sana. Dari sana beliau pergi ke Baghdad dan mengambil ilmu
yang banyak dari para ulama`nya. Beliau berhubungan dengan ‘Adhudud Daulah
al-Buwaihi dan mendapat posisi yang sangat agung di sisinya. Diangkat menjadi al-qadhi
(hakim) dan diutus ke raja Romawi sebagai diplomat sekaligus pendebat, karena
diketahui memiliki kecerdasan, kejeniusan, ketajaman analisis dan keluasan
ilmunya.
Komentar Ulama Tentang Abu Bakar Al-Baqilany Rahimahullah
Ibnu Katsir berkata, “Dikatakan bahwa beliau pengikut madzhab Malik, dikatakan juga
pengikut madzhab Syafi’i. Beliau menulis berbagai fatwa dan ditulis
ulang oleh Muhammad Ibnu ath-Thib al-Hambali. Tetapi ini gharib (jauh)
sekali.
Al-Khatib
berkata, “Wirid beliau setiap malam adalah dua puluh rakaat; baik dalam keadaan
muqim atau musafir. Setelah selesai dari itu, beliau menulis tiga
puluh lima lembar dari hafalannya. Disebutkan bahwasanya beliau menulis dengan madad
dicelupkan pada tinta, lebih mudah daripada dengan pena. Apabila selesai shalat
Shubuh beliau menyerahkan kepada sebagian sahabatnya apa yang beliau tulis
semalamnya. Beliau menyuruhnya untuk membacanya kemudian menambahkan
kekurangannya.”
Ali bin
Muhammad al-Harby al-Maliki berkata, “Al-Qadhi (al-Baqillany) pernah
berangan-angan untuk meringkas apa yang beliau tulis, namun tidak mampu
melakukannya karena luasnya ilmu dan banyaknya hafalan beliau. Tidak pernah ada
seorang pun yang menulis khilaf (perbedaan), kecuali harus membaca
kitab-kitab lawannya, kecuali al-Qadhi (al-Baqillany) “.
Abu Bakar
al-Khawarizmy berkata, “Setiap karangan di Baghdad hanya menukil dari pendapat
orang-orang, kecuali al-Qadhi Abu Bakar. Apa yang beliau tulis semuanya telah
mencakup ilmu beliau dan ilmu orang lain.”
Ibnu Ahdal
berkata, “Beliau seorang yang wara‘ (berusaha menjauhi diri dari syubhat),
tidak pernah diketahui dari beliau kesalahan dan kekurangan. Batin beliau
dihidupkan dengan ibadah, keberagamaan dan penjagaan diri (dari dosa).”
Mengenai
beliau Syaikhul Islam pernah berkata, “Seorang ahli kalam paling utama yang menisbatkan
diri kepada al-Asy’ary. Tidak ada orang yang setara dengan beliau, baik
sebelumnya atau sesudahnya.”
Syaikhul Islam
dalam Fatwa al-Hamawiyah juga menukil dari al-Baqillani dalam kitab
beliau al-Ibanah, yang menunjukkan bahwasanya beliau mengikuti madzhab
Salaf dalam masalah nama dan sifat Allah Subhanahu wata’ala. Beliau berkata,
“Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin ath-Thib al-Baqillani dalam kitabnya al-Ibanah
berkata: “Apabila salah seorang berkata: “Apa dalil bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala
memiliki wajah dan tangan? Dikatakan kepadanya adalah firman Allah Subhanahu
wata’ala,
ÙˆَÙŠَبۡÙ‚َÙ‰ٰ ÙˆَجۡÙ‡ُ رَبِّÙƒَ
Ø°ُÙˆ ٱلۡجَÙ„َٰÙ„ِ ÙˆَٱلۡØ¥ِÙƒۡرَامِ ٢٧
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.” [QS: 51: 27]
Juga firman
Allah Subhanahu wata’ala,
Ù‚َالَ ÙŠَٰٓØ¥ِبۡÙ„ِيسُ Ù…َا
Ù…َÙ†َعَÙƒَ Ø£َÙ† تَسۡجُدَ Ù„ِÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ۡتُ بِÙŠَدَÙŠَّۖ Ø£َسۡتَÙƒۡبَرۡتَ Ø£َÙ…ۡ Ùƒُنتَ Ù…ِÙ†َ ٱلۡعَالِينَ
٧٥
“Allah
berfirman:”Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan
dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu
bertakabur, atau kamu termasuk golongan yang melampaui batas?” (Shad:
75)
Allah
Subhanahu wata’ala menetapkan untuk diriNya wajah dan tangan.
Jika mereka
bertanya, “Apakah kalian mengatakan bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala berada
di setiap tempat? ” Dikatakan kepadanya, “Maha Suci Allah Subhanahu wata’ala,
Dia bersemayam di atas ArsyNya sebagaimana yang Allah Subhanahu wata’ala
beritakan dalam kitabnya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
ٱلرَّØۡÙ…َٰÙ†ُ عَÙ„َÙ‰ ٱلۡعَرۡØ´ِ
ٱسۡتَÙˆَÙ‰ٰ Ù¥
“(Yaitu) Yang
Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy.” [QS: 31: 5]
Di dalam kitab
ini (al-Ibanah) beliau juga berkata, “Sifat dzat Allah Subhanahu wata’ala yang
senantiasa bersifat dengan-Nya adalah; al-hayat (hidup), al-ilmu (mengetahui),
al-qudrah (kuasa), as-sam’u (mendengar), al-bashir (melihat), al-kalam
(berbicara), al-iradah (berkehendak), al-baqa’ (kekal), al-wajah (memiliki
wajah), al-’ainan (memiliki dua mata), al-yadani (memiliki dua tangan),
al-ghadhab (marah) dan ar-ridha (ridha). Selesai dengan saduran.
Setelah itu
Syaikhul Islam berkata, “Hendaklah si penanya ketahui bahwasanya maksud dari
jawaban ini adalah menyebutkan lafadz-lafadz sebagian ulama yang menukil madzhab
Salaf dalam masalah ini. Bukanlah apa yang saya sebutkan dari perkataan mereka
(ahli kalam dan lainnya) menunjukkan mereka menerima semua yang kami sebutkan
dalam masalah ini atau yang lainnya. Namun kebenaran harus diterima dari
siapapun orang yang mengatakan kebenaran tersebut.”
Al-Qadhi
(al-Baqillany) telah menulis berbagai kitab di antaranya:
I’jazul Qur’an, kitab pertama beliau yang diterbitkan dan paling tinggi nilainya. (sudah dicetak).
I’jazul Qur’an, kitab pertama beliau yang diterbitkan dan paling tinggi nilainya. (sudah dicetak).
- At-Tamhid fi al-Raddi alal Mulhidah wal Mu’aththilah wal Khawarij wal Mu’tazilah. (sudah dicetak).
- Al-Ibanah fi Ibthal Madzhab Ahlil Kufri wa adh-Dhalal.
- Risalah al-Hurrah (sudah dicetak).
- Al-Bayan Bainal Mu’jizat wal Karamat wal Hiyal wal Kahanah was Sihri wa Nairinjat (sudah dicetak).
- Al-Inshaf, dan masih banyak yang lainnya.
Muhammad Kurdi
Ali berkata, “Saya pernah menghitung karangan dan bacaan al-Qadhi dan
membaginya dengan hari-hari umurnya sejak lahir hingga meninggal, maka
didapatkan bahwa setiap hari sama dengan sepuluh lembar lebih.”
Beliau
memiliki cerita dan hal-hal aneh yang banyak, sikap yang menakjubkan dan
perdebatan yang panjang. Telah dibukukan sebagiannya oleh al-Qadhi Iyadh di
dalam Tartibul Madarik.
Beliau
meninggal di penghujung tahun 403 H. Adz-Dzahabi berkata, “(Pemakaman)
jenazahnya banyak dihadiri orang. Beliau yang menunjukkan kejelekan Mu’tazilah,
Rafidhah dan Musyabbihah. Mayoritas kaidah beliau sesuai dengan
Sunnah. Abul Fadhl at-Tamimi tokoh utama madzhab Hambali sangat menghormati
beliau. Disebutkan beliau telah menulis 70.000 lembar.”
Beliau dipuji oleh sebagian orang dengan berkata,
Lihatlah kepada sebuah gunung yang orang-orang berjalan menujunya.
Pandanglah kepada sebuah kuburan yang ada di atas tanah yang gersang.
Lihatlah kepada pedang Islam yang bersarung.
Pandanglah kepada mutiara Islam yang berada di rumah kerangnya.
[Refrensi:
Tabyin Kizbil Muftari. hal. 217-218, terbitan Darul Kutub al-Arabi;
al-Muntazim, 7/256; Wafayatul A’yan, 4/270; al-Kamil, Ibnul Atsir, 10/242;
Tartibul Madarik, 7/44-68; ad-Dibajul Madzhab, 2/228; Fatawa Syaikhul Islam,
5/98-101; Syadzarat adz-Dzahab, 3/169; al-Bidayah wan Nihayah, 11/350;
al-I’lam, 6/167; Siyar A’lam an-Nubala`, 17/190 dan Kunuzul Ajdad, karya Muhammad
Kurdi Ali, hal.196.]
0 Komentar untuk "ABU BAKAR AL-BAQILANY"