Biografi Islam. Ulama terkemuka
dalam Madzhab Syafi’iyah, Imam Nawawi. Beliau digolongkan deretan
Mujtahid-Tarjih dalam Madzhab Syafi’iyah. Sedrajat dan lebih diunggulkan dari
pada Imam Rafi’i. Oleh karenanya ketika berfatwa dalam Madhab Syafi’iyah ketika
mengutarakan dua pendapat yang sama antara pendapat Imam Rafi’I dan Imam
Nawawi, sangat dianjurkan untuk memilih pendapat Imam Rafi’i.
Imam Nawawi rahimahulLah, lahir di
Nawa. Dengan ini beliau masyhur disebut Nawawi, atau Imam Nawawi. Semoga Allah
selalu merahmatinya. Nawa sendiri terletak di Hauran, termasuk daerah bagian di
Suriyah. Seperti yang termaktub dalam muqadimah kitab beliau, Sarh Shahih
Muslim yang bernama al-Minhaj fi Sarh Shahih Muslim bin Hajjaj. Disana
disebutkan bahwa beliau lahir pada tahun 163 H, di Nawa daerah Hauran-Suriyah.
Al-Imam al-‘allâmah, Syaikhu
al-Islam, ‘âlimu al-Awliyâ’, Muhyi ad-Din, Abu Zakariya Yahya bin Saraf bin
Mury al-Hizami, al-Hauran, an-Nawawi, asy-Syafi’i. Demikian ini adalah nasab
dan kuniyah Ulama terkemuka hingga akhir abad ini. Ulama yang disibukkan dengan
menghidupkan Agama Allah sampai beliau pun tidak menikah hingga akhir hayatnya.
Awal Mula Nawawi Kecil Belajar Ilmu
Agama
Asy-Syaikh Yasin Yunus al-Marakisi.
Guru Imam Nawawi yang pertama kali membukakan kunci kealiman beliau mengatakan
“aku pertama kali melihat Nawawi di Nawa, ketika ia berusia 10 tahunan. Aku
lihat anak-anak teman sebayanya tidak suka jika ia ikut serta dalam permainan
mereka, hingga membuatnya menangis. Aku perhatikan, sesekali ia membaca
al-Qur’an hingga membuat rasa cintaku muncul disebabkan keadaannya. Syaraf,
bapaknya Imam Nawawi. Aku lihat ia memiliki toko dan ia menyuruh Nawawi menjaga
tokonya. Ketika menjaga toko ia disibukkan dengan membaca al-Qur’an dari pada
menjaga toko.”
Ketika itu aku menghampirinya, dan
aku katakana kepada-nya “anak kecil, yang dengannya aku berharap akan menjadi
alim alim-nya Ulama dan orang yang paling zuhud di zamannya”. “apakah engkau
Ahli Nujum?” Tanya Nawawi. Aku menjawabnya “tidak, akan tetapi Allah telah
mengilhami-ku, tentang ini”. Kemudian ia menuturkan apa yang aku katakana kepada
orangtua-nya. Ia ikut bersamaku hingga hatam al-Qur’an pada waktu yang ihtilam(
sedikit sebelum masa baligh )-nya.
Kemudian pada usianya yang ke-19
tahun. Ia kembali ke orangtuanya dan pindah ke Madrasah ar-Rawahiyah. Disana ia
sangat berkembang dan mampu menghafal kitab at-Tanbih dalam waktu empat setengah
bulan. Bukan itu saja ia juga mampu menghafal seperempat kitab al-Muhadzab. Ia bersama
guru-gurunya dan pada setiap harinya, ia belajar lebih dari 12 macam pelajaran,
baik kitab-kitab Fikih, hadits, ushul, nahwu, balaghah dan lain seterusnya. Hingga
Allah SubhanaHu wata’ala menganugrahkan luasnya ilmu dimasa mudanya.
Guru-guru Imam Nawawi
Dalam fan Fikh, beliau belajar pada Abu
Ibrahim Ishaq bin Ahmad bin Usman al-Maghrabi (w. 650 H). Selain itu beliau
juga belajar pada Abdurrahman bin Nuh al-Muqaddasi (w. 654 H), Umar bin ‘As’ad
al-Irbili dan kepada Abu al-Hasan Salar bin al-Hasan al-Irbili, kemudia ia juga
belajar kepada al-Halbi (w. 680 H).
Guru-guru Imam Nawawi dalam fan
Hadits, diantaranya Ibrahim bin ‘Isa al-Muradi (w. 668 H), Zainuddin Abu
al-Baqa’an-Nablisi (w. 663 H), Abu al-Faraj Abdurrahman bin Abu Umar Muhammad
bin Qudamah al-Muqaddasi (w. 682 H), Ibnu ad-Daim al-Muqaddasi (w. 668 H), dan
Ulama-ulama lain-nya.
Dalam fan Usul, Nahwu dan Balaghah
beliau belajar kepada Umar bin Bundar at-Taflisi, Ahmad bin Salim al-Misri (w.
664 H), Jamaludian Ibnu Malik ath-Tha’iy (w. 672 H), dan lain seterusnya. Untuk
yang terakhir ini, beliau adalah Ulama yang masyhur dalam kitab Alfiyah-nya.
Guru beliau, Syaikh Abu al-Abbas bin
Faraj al-Isybili rahimahulLah. Dia mengatakan bahwa Syaikh Muhyi ad-Din telah
mencapai tiga derajat-kedudukan tinggi, yang bagi orang awam pada setiap
tingkat tersebut sangat sulit didapatkan. Tingkatan pertama adalah keilmuannya
yang menyamudra, bahkan ia mengerti tentang rincian yang lembut pada setiap fan
ilmu tersebut. Tingkatan kedua. Ia sangat dalam Zuhud-Dunia, dan segala bentuk
macam kehidupan dunia. Tingkatan yang ke-tiga. Beliau sangat memperhatikan
dalam amar ma’ruf nahi mungkar. Artinya selalu memerintahkan yang baik dan
mencegah yang mungkar.
Dalam berbagai kesempatan banyak
Ulama setelahnya, yang terdapat dalam karya-karya tulis mereka rahimahumulLah.
Mereka memuji beliau dalam amar ma’ruf nahi mungkar. Beliau sering mengingatkan
para pemimpin yang lalim dalam menjalankan roda pemerintahan dengan mengirmkan
surat kepada mereka.
Karyakarya Imam Nawawi
Imam Nawawi rahimahulLah. Sangat
tinggi pemahaman dan pembahannya. Hal ini bisa dilihat dalam karya-karya
beliau. Beliau tidak segan-segan menukil dan mengkritik pendapat-pendapat Ulama
terdahulu sekaliber Imam Ghazali rahimahulLah. Tentunya tidak sekedar
mengkritik tanpa dasar dan solusi yang memadai. Dalam fan Fiqh, karya beliau
yang paling fenomenal adalah Majmuk Syarh al-Muhadhab. Meskipun kitab ini tidak
selesai ditangan beliau dalam penulisannya, beliau sudah meracik metode
penulisan kitab tersebut pada awal pembahsan. Sehingga Ulama setelahnya dapat
meneruskan kitab tersebut. Akhirnya al-Faqih al-Imam Taqiyyuddin Subuki rahimahulLah
(w. 756 H) mencoba menerusknnya. Imm Subuki pun tidak rampung dalam meneruskan
kitab tersebut. Kemudian diteruskan oleh al-'Alim al-Faqih al-Syeikh Muhammad
Najib al-Muthi’iy.
Imam Nawawi dalam penyusunan Majmuk
Sarh Muhadhab sampai pada bab jual-beli. Kemudian masuk dalam bab jual-beli
diteruskan oleh Imam Subuki, kemudian diteruskan oleh al-Muthi’. Para Ulama
sepakat, bahwa diantara kitab-kitab Imam Nawawi yang diperioritaskan adalah
kitab ini. Kitab Majmuk Sarh Muhadab. Sedangkan Muhadhab sendiri disusun oleh
al-Imam Abu Ishaq al-Syairazi (W. 476 H)
Murid-murid
Imam Nawawi
Diantara murid-murid beliau yang
masyhur adalah Sulaiman bin Hilal al-Ja’fari, yang terkenal dengan sebutan
Khatibu ad-Diyar (w. 725 H), Ibnu Faraj al-Isbili (w. 699 H), al-Badr bin Jama’ah
(w. 733 H) dan Ibnu Athar (w. 734 H)
Karya Tulis Imam Nawawi yang lain
diantaranya adalah sbb:
- Al-Majmuk Sarh Muhadhab: Baca Biografi Imam Muslim DI SINI
- Al-Minhaj Sarh Shahih Muslim
- Riyadlu as-Shalihin
- Al-Adzkar al-Muntakhib min Kalâm Sayyidi al-Abrar
- Arba’in an-Nawawi
- Irsyâd Thulab al-Haqaiq
- Al-Khulashah fi haditsi al-Ahkam
- Tahdzibu al-Asma’ wa al-Lughah
- Thabaqatu al-Fuqaha’
- Tahrir alfadz at-Tanbih
- Dan lain seterusnya
Wafatnya Imam Nawawi
Dikabarkan
bahwa Imam Nawawi RahimahulLah, sering memohon kepada Allah Ta’ala, supaya tidak
akan meninggaldunia sebelum berziarah di Baitul Maqdis-Palestina. Allah Ta’ala
telah mengabulkan permohonannya. Beliau wafat pada di Nawa pada tanggal 24
Rajab 676 H setelah kepulangannya dari berziarah kepada al-Khalil Nabi Ibrahim ’alaihis
salam di Baitul Maqdis.
0 Komentar untuk "IMAM NAWAWI"