Biografi Islam.
Yang disarikan dari Ulama tersebut patut ditiru oleh siapa pun yang
mendengarkan secuil perjalanan hidup Abuya. Berikut uraiannya:
1. Thariqah Mengaji dan Jamaah
Mengaji dan
salat berjamaah merupakan kebiasaan kiyai dan para santrinya di pesantren. Jika
ingin pandai, maka rajinlah mengaji. Pandai saja tidak cukup. Buat apa pandai
bila kepandaiannya tidak dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya,
para kiyai selalu menganjurkan para santrinya untuk salat berjamaah agar
menjadi santri pandai yang baik. Bukan santri pandai yang menyalahgunakan
ilmunya. Dalam bahasa Sunda, Abuya Dimyati sering berpesan, “Thariqah aing mah
ngaji” ‘tarekat saya mah mengaji’.
Menurut Abuya,
kemiskinan dan usia tidak menjadi alasan untuk menuntut ilmu sampai meninggal.
Perkataan beliau itu dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari bersama santrinya.
Hidup beliau hanya diabdikan untuk mengajar santri, melayani tamu yang
berkunjung, dan mendidik anak. Sebelum wafat, Abuya Dimyati pernah membuka
pengajian kitab tafsir at-Thabari yang tebal berjilid-jilid hingga khatam.
Waktu pengajiannya pun dilaksanakan pada malam hari, dari pukul 22.00 hingga
02.30 tanpa istirahat.
2. Mendidik Putra-putrinya Sendiri
Tidak seperti
kebanyakan kiyai pada umumnya yang menitipkan anaknya di pesantren kiyai lain.
Abuya Dimyati justru mendidik anaknya dengan didikannya sendiri. Bahkan
kesembilan anaknya semuanya hafal Alquran. Selain itu, Abuya juga memperlakukan
anaknya seperti santri pada umumnya. Mewajibkan mereka salat jamaah, dan
mengaji bareng bersama santri.
Jika
anak-anaknya belum datang menuju mushalla untuk berjamaah, Abuya sabar untuk
menunggu mereka agar berjamaah bersama beliau. Kedisiplinan yang diterapkan
Abuya Dimyati semata-mata mengamalkan firman Allah Swt., “Orang beriman,
jagalah diri kalian dan keluarga dari api neraka,” (QS at-Tahrim [66]: 6). Jadi
beliau benar-benar menerapkan ayat ini untuk diri pribadi dan keluarga beliau.
3. Memilih Dipenjara
Pada masa orde
baru, kira-kira tahun 70-an, Abuya Dimyati pernah difitnah dan dijebloskan
dalam penjara. Pengadilan memutuskan bahwa Abuya Dimyati dikenai hukuman
penjara selama tujuh bulan. Hal ini tentu menuai amarah para jawara-jawara
Banten yang siap melawan orang-orang yang telah menzalimi beliau. Karena
kesabaran dan ketawakkalan beliau, Abuya tetap memilih dalam penjara sesuai
putusan hakim selama tujuh bulan.
Keadaannya
dalam penjara tidak membuatnya meninggalkan istiqomah ibadah-ibadahnya yang
biasa dilakukan. Konon, karena karamah yang beliau miliki, pengajian rutinitas
yang biasa dilaksanaka di pesantren tetap berjalan seperti biasanya. Artinya,
jasad beliau dapat terbagi menjadi dua, bahkan lebih. Wallahu a'lam.
4. Hafal al-Quran Dalam Waktu
Singkat
Abuya Dimyati
menghafal Alquran pada Mbah Dalhar Watucongol, Magelang, Jawa Tengah hanya
dalam waktu enam bulan. Namun perlu diketahui bahwa sebelum menghafal Alquran
yang dalam waktu singkat itu, Abuya menerapkan membaca Alquran satu hari satu
kali khataman, dan ini diulang-ulang sampai kurang lebih 4 bulan.
Jadi sebelum
menghafal, Mbah Dalhar menganjurkan Abuya muda untuk membaca Alquran sesering
mungkin terlebih dulu, sehingga bacaan Alquran melekat kuat di hati dan lisan.
Ini juga yang dilakukan Kiyai Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Bahkan beliau
melakukan satu hari khatam Alquran itu selama tiga tahun.
5. Berguru Kebanyak Ulama
Memperbanyak
guru berarti sama saja kita memperbanyak jalur keilmuan yang dalam tradisi Ilmu
Hadis dilakukan oleh para perawi-perawi Hadis. Hal ini pula dilakukan oleh para
ulama Nusantara waktu itu. Abuya Dimyati pun demikian. Beliau berguru pada
puluhan ulama di Jawa, dan bahkan di luar Jawa.
Beberapa ulama
yang pernah disinggahi Abuya Dimyati di antaranya Kiyai Abdul Halim Kalahan
Banten, Mama Sempur Purwakarta, Kiyai Ma’shum dan Kiyai Baidhawi Lasem, dan
lain sebagainya. Semakin banyak memiliki guru berkualitas, wawasan pun akan
semakin luas. Tentu hal ini dapat membantu menjawab dan menghadapi problematika
sosial-kemasyarakatan yang akan dihadapi oleh setiap penuntut ilmu.
اللهم احشرنا في في زمرته مع الأنبياء والمرسلين والشهداء
والصالحين آمين
Disarikan dari:
Cerita Para Wali
0 Komentar untuk "5 PERJALANAN HIDUP GURU MULIA AL'ARIF BILLAH ABUYA DIMYATI (PP.CIDAHU BANTEN)"