Syaikh Makhfudz Termas (1285 – 1338 H)



Biografi Islam. Nama kebesaran Syaikh Makhfudz begitu mempengaruhi, baik Ulama yang bermuwajjahah ( bertemu langsung ) dengan beliau, atau santri-santri beliau, bahkan Ulama-ulama yang jauh setelah wafatnya Kiai Termas yang mendunia ini.
 
Nama dan nasab Syaikh Makhfudz adalah Al-Imam Al-‘Alamah Al-Faqihul Usûl, Al-Muhaddits, Al-Muqarri’ Muhammad Mahfudz bin Abdullah bin ‘Abdul Manan, At-Tirmisy ( bersal dari Termas - Jatim - Indonesia), Al-Makiyyi ( berpindah ke Mekkah), Asy-Syafi’I ( bermadzhab Syafi’iyah ).
Beliau lahir di Pacitan Termas - Jatim, tepatnya di Desa Semanten (1 Km dari arah utara kota Pacitan). Disini juga terdapat Pondok Pesantren Termas yang didirikan oleh kakek Syaikh Makhfudz, KH Abdul Mannan (1830 – 1862 M).

KH Abdul Mannan yang mempunyai nama kecil Raden Bagus Darso adalah putra dari Raden Ngabehi Dipomenggolo. Beliau adalah peletak batu pertama Pondok Tremas yang dirintis selepas studinya di Pondok Tegalsari Ponorogo di bawah asuhan KH Hasan Besari.

Selanjutnya beliau mendirikan pondok pesantren didesa Semanten (1 Km dari arah Utara Kota Pacitan). Dengan dasar pertimbangan kekeluargaan, jauh dari keramaian atau pusat pemerintahan, dan lebih kondusif bagi para santri dalam belajar maka akhirnya beliau mutasi ke daerah Tremas.

Dari nama desa Tremas inilah kemudian pondok ini masyhur dengan sebutan Pondok Tremas. Hingga akhirnya KH. Abdul Manan wafat pada hari Jum’at (minggu pertama) bulan Syawal 1282 H. dan dimakamkan di desa Semanten. Beliau meninggalkan tujuh orang putra, yang antara lain adalah KH. Abdullah.

Generasi Pertama Orang Indonesia di Al Azhar Mesir
Dalam buku Jauh di Mata Dekat di Hati; Potret Hubungan Indonesia – Mesir terbitan KBRI Kairo, disebutkan bahwa pada tahun 1850-an di komplek Masjid Al Azhar telah dijumpai komunitas orang Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya Ruwak Jawi (hunian bagi orang Indonesia). Selain Ruwak Jawi, di masjid ini juga terdapat tiga Ruwak lain, yakni Ruwak Atrak (Turki), Ruwak Syami (Suriah) dan Ruwak Maghorobah (Maroko).

Salah satu pelajar pertama Indonesia yang tinggal di Mesir dan tercatat di buku terbitan tahun 2010 ini adalah KH Abdul Manan Dipomenggolo Tremas, kakek dari Syaikh Mahfudz Attarmasi.

KH Abdul Manan Dipomenggolo tinggal di Al Azhar Mesir sekitar tahun 1850 M. Selama di Negeri Piramid, beliau berguru kepada Grand Syeikh ke-19, Ibrahim Al Bajuri. Jadi wajar di tahun-tahun itu ditemukan kitab Fath al-Mubin, syarah dari kitab Umm al-Barahin yang merupakan kitab karangan Grand Syeikh Ibrahim Bajuri mulai dibaca di beberapa pesantren di Indonesia.

Pengembaraan KH Abdul Manan Dipomengolo dalam menuntut ilmu di timur tengah kelak diikuti oleh generasi selanjutnya, yaitu KH Abdullah (Putra KH Abdul Manan Dipomengolo), Syaikh Mahfudz Attarmasi, KH Dimyathi Tremas, KH Dahlan Al Falaki Tremas (Ketiganya kakak beradik, Putra KH Abdullah) yang menuntut ilmu di Makkah.

KH Abdul Manan Dipomengolo telah berhasil meletakkan batu landasan sebagai pangkal berpijak ke arah kemajuan dan kebesaran serta keharuman pondok pesantren di Nusantara. Kegigihannya dalam mendidik putra-putranya sehingga menjadi ulama-ulama yang tidak saja menguasai kitab-kitab yang dibaca, lebih dari itu, juga berhasil menyusun berbagai macam kitab dan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan dunia Islam, seperti Syaikh Mahfudz, seorang ulama besar Nusantara, Malaysia, dan Thailand yang pernah menjadi imam Masjidil Haram dan pemegang sanad Shoheh Bukhari-Muslim.

Maka sangat wajar bila nama KH Abdul Manan Dipomengolo, pelajar Indonesia pertama di Al Azhar Mesir dan pendiri Pesantren Tremas disebut sebagai peretas jejaring intelectual chains generasi ulama-ulama nusantara

Sedangkan Dalam kitab Al-Ulama’ Al Mujaddidun karya KH. Maimoen Zubair Sarang Rembang, Kiai Abdul Manan adalah salah seorang Ulama Ahlussunnah yang pertama kali membawa, mengaji dan mempopulerkan kitab Ithaf Sadat Al-Muttaqin, yaitu syarah dari kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali.


KH Abdullah (1862-1894 M)
Sepeninggal KH. Abdul Manan, maka pengasuh atau pimpinan digantikan oleh putranya yang bernama KH. Abdullah. Pada masa kecilnya beliau mendapatkan pelajaran dasar dari ayahnya sendiri di Pondok Tremas.

Setelah cukup dewasa KH. Abdullloh diajak oleh ayahnya pergi ke Makkah Al-Mukarromah untuk menunaikan ibadah haji, dan menetap di Makkah untuk menuntut ilmu. Setelah beberapa tahun di makkah beliau kembali ke Tremas lagi, dan membantu ayahnya mengajar di Pondok Tremas.

Pada periode ini mulai berdatangan beberapa santri yang berasal dari daerah lain, seperti Salatiga, Purworejo, Kediri dan lain-lain. Pada waktu itu baik jalan Pacitan-Ponorogo maupun Pacitan-Solo belum ada kendaraan, sehingga orang yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan agama Islam ( mengaji ) ke Pondok Tremas harus berjalan kaki dengan melewati gunung-gunung dan hutan yang masih cukup lebat.

Dengan semakin banyaknya santri maka kebutuhan akan tempat tinggal semakin mendesak hingga akhirnya dibangun asrama baru untuk tempat tinggal mereka yang nantinya di masa KH. Dimyathi lebih dikenal dengan nama “ Pondok Wetan “. Dalam bidang pendidikan, pada masa KH. Abdullah ini juga mengalami perkembangan, hal itu disebabkan karena santri lama yang sudah menghkhatamkan kitab-kitab dasar berkeinginan untuk melanjutkan beberapa kitab yang lebih tinggi. Sedang santri lama yang dianggap cakap dilibatkan dalam membimbing santri baru.

Meskipun perkembangan pada masa KH. Abdullah ini tidak begitu mencolok bila dibandingkan dengan keadaan Pondok Tremas pada masa KH. Abdul Manan, namun sepanjang KH. Abdullah memimpin Pondok Tremas, beliau telah berhasil meletakkan suatu batu landasan sebagai pangkal berpijak kearah kemajuan dan kebesaran serta keharuman Pondok Tremas dikalangan pondok pesantren khususnya dan pendidikan Islam umumnya.

Keberhasilan KH. Abdullah dalam meletakkan batu landasan tersebut adalah keberhasilan beliau dalam mendidik putra-putranya sehingga menjadi ulama-ulama yang tidak saja menguasai kitab-kitab yang dibaca, tapi lebih daripada itu juga telah berhasil menyusun berbagai macam kitab yang kontributif bagi dunia ilmu pengetahuan Islam, seperti KH Mahfudz yang masyhur dengan sebutan “ Attarmasie “ yang memperoleh tempat tersendiri dalam dunia ilmu pengetahuan Islam di negara Arab.

Barangkali karena pengalaman KH. Abdullah dalam menuntut ilmu di Makkah, sehingga kemudian putra laki-lakinya semua dikirim ke Makkah untuk menuntut ilmu disana. Putra pertama yang dikirim ke Makkah bersamaan musim haji adalah Muhammad mahfudz. Setelah mukim disana beliau menuntut ilmu dengan tekun dibawah asuhan guru utamanya yaitu Syeikh Abu Bakar Syatha sehingga menjadi ulama besar yang mampu mendudukkan dirinya sebagai salah seorang pengajar di Masjidil Haram dan lebih masyhur dengan sebutan Muhammad Mahfudz Attarmasie.

Kebesaran Syaikh Makhfudz Termas

Dikalangan para Kiai Jawa, Syaikh Mahfudz terkenal sebagai seorang ahli hadits. Beliau juga diakui sebagai seoarang Isnad(mata rantai) yang sah dalam trasnisi intelektual pengajaran Shohih Bukhari. Ijazah ini berasal langsung dari Imam Bukhari itu sendiri yang ditulis sekitar 1000 tahun yang lalu dan diserahkan secara berantai melalui 23 generasi ulama yang telah menguasai Shohih Bukhari. Syaikh Mahfudz merupakan mata rantai yang terakhir pada waktu itu.

Syaikh Mahfudz bisa dikatakan sebagai seorang penulis yang produktif. Beliau mengarang sejumlah kitab tentang berbagai disiplin keislaman, seluruhnya ditulis dalam bahasa arab. Sayang, banyak karianya yang belum sempat dicetak bahkan beberapa diantaranya bahkan dinyatakan hilang. Dalam menulis, konon Syaikh Mahfudz ibarat sungai yang airnya terus mengalir tanpa berhenti. Gua Hiro menjadi tempatnya mencari inspirasi. Beliau biasa menghabiskan waktunya di gua tempat Nabi menerima wahyu-Nya yang pertama itu

Karya Syaikh Makhfudz Termas
Diantara karya-karya besar beliau yaitu :

  1. Al-kil’ah al Fiqriyah bi Syarh Al-Minhah Al-Khoiriyyah 13 bagian
  2. Al-Budur Al-Munir Al-Imam Ibnu Al-Katsir 6 bagian
  3. Al-Fawaidz At-Tirmisiah ‘ala As-Sanid Al-Qiro’at As’ariyahsatu bagian
  4. Al-Is’af Al-Matoli bi Syarh Al-Lami’ Nadhom Jam’ Al- Jawami’2 jilid
  5. Al-Minhah Al-Khoiriyyah fi ‘Arbain Haditsan min Ahadits Khoir Al-Bariyah dalam 2 bagian
  6. An-Niyah At-Tholabah bi Syarh Nadhom At-Thoyibah fi Al-Qiro’at Al-As’ariah 1 jilid
  7. As-Siqoyah Al-Mardiyah fi Asma Al-Kutb Al-Fiqhiyah Asy-Syafi’iyah dalam 3 bagian
  8. Bughyah Al-Adzkiya’ fi Al-Bahts ‘an Karomah Al-Auliya’ 3 bagian
  9. Fath Al-Khobir bi Syarh Miftah As-Sair 15 bagian
  10. Hasiyah Takmilah Al-Manhaj Al-Kowin Ila Al-Faroid 1 jilid
  11. Inayah Al-Muftakir Fima Yata’alaq bi Sayyidina Al-Hadhor 2 bagian
  12. Insiroh Al-Muad fii Qiro’ah Al-Imam Hamzah 13 bagian
  13. Khifayah Al-Mustafid Fima ‘ala min As-Sanid satu bagian
  14. Manhaj Dzhawi Nadhor bi Syarh Mandumah Ilm Atshar
  15. Muhibbah Dzy Al-Fadl ‘ala Syarh Muqoddimah Ba Fadhal 4 jilid besar
  16. Nail Al-Ma’mul bi Hasyiah Ghoyah Al-Wusul fi ‘Ilmi Al- Ushul 3 jilid
  17. Tahayu’ah Al-Fikr bi Syarh Al-Fiah As-Sair 14 bagian
  18. Tamim Al-Manafi’ fi Qiro’at Al-Imam Nafi’ 16 bagian
  19. Tanwir Ash-Shodr fi Qiro’ah Al-Imam Abi Amr 8 jilid
  20. Tsulasiat Al-Bukhari 1 bagian.

Murid-Murid Syaikh Makhfur Termas
Pada waktu mengajar di Masjidil Haram, kebanyakan murid-muridnya berasal dari Jawa, antara lain saudara-saudaranya sendiri seperti

  1. KH. Dimyathi,
  2. K. Dahlan,
  3. K. Abdul Rozaq,

Terdapat juga tokoh-tokoh lain yang setelah pulang ke Jawa kemudian menjadi Ulama’ besar di daerahnya masing-masing, sebut saja seperti Ulama-ulama yang tidak asing hingga sekarang ini, diantaranya adalah Sbb:

  1. KH. Hasyim Asy’ari dari Tebuireng Jombang,
  2. KH.Wahab Hasbulloh Tambakberas,
  3. KH. Bisri Syansuri Denanyar ( Ketiganya kelak mendirikan Jam’yyah Nahdlatul Ulama’)
  4. KH. Baidlowi Lasem,
  5. KH. Ma’sum Lasem,
  6. KH.Kholil Lasem,
  7. KH.Abbas Jamil Buntet Cirebon,
  8. KH. Dahlan dari Watucongol Muntilan,
  9. Raden Mas Kumambang dari Surabaya,
  10. KH.Raden Asnawi Al Hafidz Kudus dan lain sebagainya.

Wafatnya Syaikh Makhfudz Termas
Syaikh Makhfudz wafat di Mekkah Al-Mukarramah, pada Hari Ahad pada tahun 1338 H. sedangkan hari dan tanggal wafatnya Syaikh Makhfudz, baik didalam muqaddimah kitab beliau, diantaranya Hasyiyah At-Tarmasy tidak disebutkan. Disana disebutkan bahwa beliau dimakamkan di maqbaroh keluarga Syatho di Mekkah Al-Mukarramah.

Baca Juga Hikayah KH Kholil Bisri


Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Syaikh Makhfudz Termas (1285 – 1338 H)"