SUFYAN ATS-TSAURI (161 H )



Biografi Islam. Sufyan Ats-Tsauri adalah Ulama generasi tabi' tabi'in yang luar biasa. Lahir pada tahun 715 dan wafat 778 Masehi  Beliau ini ternasuk ulama yang paling komplit: dalam bidang tasawuf beliau termasuk 8 waliyullah yang disebut oleh Abu Nu'aim. Dalam bidang Hadis, beliau ini digelari Amirul Mukminin fil Hadis. Dalam bidang Fiqh, beliau ini dianggap sejajar atau bahkan melebihi empat Imam Mazhab. Beliau memiliki mazhab sendiri yaitu Ats-Tsauri. Dalam bidang Tafsir, siapa saja yang membaca tafsir klasik semisal tafsir al-Thabari akan menemui banyaknya kutipan dari Sufyan ats-Tsauri.

Lahir di Kufah, dari keluarga Ulama, semula ia belajar pada Ja'far As-Shadiq. Diriwayatkan pada mulanya Sufyan bermazhab Syi'ah, namun setelah ia pindah ke kota Basrah, ia mengikuti paham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah.

Imam Ahmad bin Hanbal menyebut Sufyan sebagai Ahli Fiqh. Ulama lain mengatakan Sufyan ini lebih alim dalam soal Fiqh dari pada Abu Hanifah dan lebih alim soal Hadis daripada Imam Malik -yang disebut terakhir ini konon pernah berguru pada Sufyan .

Meskipun begitu hebat dalam keilmunya, Sufyan ats-Tsauri sangat berhati-hati mengeluarkan fatwa. Tidak jarang orang menunggu berhari-hari karena Sang Imam sedang menelaah ulang catatannya sebelum mengeluarkan fatwa atau meriwayatkan hadis. Sayangnya kitab Fiqh yang ditulisnya tidak sampai ke generasi selanjutnya. Mazhab Tsauri pun punah tidak lagi ada pengikutnya.

Kenapa? Salah satu sebabnya karena ia hidup bersembunyi dari kejaran penguasa, yaitu Khalifah Mansyur (754 – 775 M) dan Khalifah al-Mahdi (775 – 785 M), dari dinasti abbasiyah. Ulama besar ini menolak hadiah dari khalifah karena menganggap harta khalifah itu syubhat alias tidak jelas halal-haramnya.

Khalifah al-Mahdi pernah memanggil Sufyan dan mengangkatnya sebagai Gubernur Mekkah. Surat pengangkatan diterima Sufyan tapi sesampainya ia di sungai Dajlah, surat itu dibuangnya, dan ia melarikan diri tidak sudi mengabdi pada seorang Tiran meski pakai embel-embel khalifah. Sampai wafatnya ia hidup dalam pelarian. Itulah salah satu sebab mazhabnya tidak berkembang.
Beberapa pendapat fiqhnya seperti diriwayatkan Ibn Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid sebagai berikut:

Dalam cuaca dingin, berwudhu dengan mengusap sepatu sebagai ganti membasuh kaki hukumnya sah.
Berwudhu secara tertib sesuai urutan itu hanya sunnah, bukan kewajiban. Jadi boleh memulai wudhu dengan membasuh kepala atau tangan terlebih dahulu.
Apabila ada Ahli fiqh dan ada qari' maka yang didahulukan menjadi imam adalah yang qari'.

Bagaimana dengan tafsirnya? Catatan terserak Sufyan ats-Tsauri tentang ayat al-Qur'an ditemukan dalam bentuk manuskrip oleh seorang Ulama dari India dan sudah diterbitkan sejak tahun 1983 dengan judul Tafsir Sufyan ats-Tsauri.

Kitab Tafsir ini karena hanya berupa catatan maka tidak seperti kitab tafsir lainnya yang membahas runtut ayat per ayat. Isinya lebih fokus pada riwayat Sufyan al-Tsauri akan sejumlah frase atau penggalan ayat Al-Qur'an. Jadi tidak runtut per ayat. Meski tetap dikelompokkan per surat.

Namun demikian tetap saja ini kitab tafsir yang sangat bermanfaat karena bukan saja memudahkan kita melacak pandangan beliau yang selama ini tercecer, kita juga harus ingat baik-baik saat membacanya bahwa ini adalah catatan dari seorang Ulama yang dianggap samudera ilmu dalam bidang Tafsir, Hadis, Fiqh serta seorang waliyullah.

Khazanah klasik Islam itu merupakan harta umat Islam yang amat berharga. Mereka yang alergi dengan kitab kuning itu biasanya mereka yang salah paham disangkanya isi kitab kuning itu tidak bersumber dari al-Qur'an dan Hadis atau mengira para santri itu mempertuhankan para ulamanya.

Guru-Guru Sufyan ats-Tsauri

  1. Al-Hafidz berkata, “Sufyan meriwayatkan dari ayahnya,
  2. Abu Ishaq Asy-Syaibani,
  3. Abdul Malik bin Umair,
  4. Abdurrahman bin ‘Abis bin Rabi’ah,
  5. Ismail bin Abu Khalid,
  6. Salamah bin Kuhail,
  7. Tharik bin Abdirrahman,
  8. Al-Aswad bin Qais,
  9. Bayan bin Bisyr,
  10. Jami’ bin Abi Rasyid,
  11. Habib bin Abi Tsabit,
  12. Husain bin Abdirrahman,
  13. Al-A’masy, Manshur,
  14. Mughirah,
  15. Hammad bin Abi Sulaiman,
  16. Zubaid Al-Yami,
  17. Shaleh bin Shaleh bin Haiyu,
  18. Abu Hushain, Amr bin Murrah,
  19. ‘Aun bin Abi Jahifah,
  20. Furas bin Yahya,
  21. Fathr bin Khalifah,
  22. Maharib bin Datsar
  23. dan Abu Malik Al-Asyja’i.”
Beliau juga meriwayatkan dari guru-guru yang berasal dari Kufah, yang diantaranya adalah:
  1. Ziyad bin Alaqah,
  2. ‘Ashim Al-Ahwal,
  3. Sulaiman At-Tamimi,
  4. Hamaid Ath-Thawil,
  5. Ayyub, Yunus bin Ubaid,
  6. Abdul Aziz bin Rafi’,
  7. Al-Mukhtar bin Fulful,
  8. Israil bin Abi Musa,
  9. Ibrahim bin Maisarah,
  10. Habib bin Asy-Syahid,
  11. Khalid Al-Hadza’,
  12. Dawud bin Abi Hind
  13. dan Ibnu ‘Aun.

Disamping itu, beliau juga meriwayatkan dari sekelompok orang dari Bashrah, diantaranya yaitu;

  1. Zaid bin Aslam,
  2. Abdullah bin Dinar,
  3. Amr bin Dinar,
  4. Ismail bin Umayyah,
  5. Ayyub bin Musa,
  6. Jabalah bin Sakhim,
  7. Rabi’ah, Saad bin Ibrahim,
  8. Sima budak Abu bakar,
  9. Suhail bin Abi Shaleh,
  10. Abu Az-Zubair,
  11. Muhammad,
  12. Musa bin Uqbah,
  13. Hisyan bin Urwah,
  14. Yahya bin Said Al-Anshari, dan sekelompok orang dari Hijaz dan yang lain.

Murid-Murid Sufyan Ats-Tsauri 
Al-Hafidz berkata, “Orang-orang yang meriwayatkan darinya tidak terhitung jumlahnya, diantaranya adalah: Ja’far bin Burqan, Khusaif bin Abdurrahman, Ibnu Ishaq dan yang lain, mereka ini adalah tergolong guru-guru Sufyan Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya.

Sedangkan murid-murid Ats-Tsauri yang meriwayatkan darinya adalah: Aban bin Taghlab, Syu’bah, Zaidah, Al-Auza’I, Malik, Zuhair bin Muawiyah, Mus’ar dan yang lain, mereka ini adalah orang-orang yang hidup sezaman dengannya.

Diantara murid-muridnya lagi adalah Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Said, Ibnu Al-Mubarak, Jarir, Hafsh bin Ghayyats, Abu Usamah, Ishaq Al-Azraq, Ruh bin Ubadah, Zaidah bin Al-Habbab, Abu Zubaidah Atsir bin Al-Qasim, Abdullah bin Wahab, Abdurrazzaq, Ubaidillah Al-Asyja’I, Isa bin Yunus, Al-Fadhl bin Musa As-Sainani, Abdullah bin Namir, Abdullah bin Dawud Al-Khuraibi, Fudhail bin Iyadh, dan Abu Ishaq Al-fazari.

Selain yang disebutkan diatas murid-muridnya yang lain adalah Makhlad bin Yazid, Mush’ab bin Al-Muqaddam, Al-Walid bin Muslim, Mu’adz bin Mu’adz, Yahya bin adam, Yahya bin Yaman, Waki’, Yazid bin Nu’aim, Ubaidillah bin Musa, Abu Hudzaifah An-Nahdi, Abu ‘Ashim, Khalad bin Yahya, Qabishah, Al-faryabi, Ahmad bin Abdillah bin Yunus, Ali bin Al-Ju’di, dan dia adalah perawi tsiqat (terpercaya) paling akhir yang meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri.


Pelarian Yang Melelahkan
Seperti yang disebutkan diatas. Kenapa Madzhab ats-Tsauri tidak terlacak keberadaannya hingga sekarang? Ketegasan Sufyan Ats-Tsauri terhadap kezhaliman penguasa, membawanya kepada sebuah pelarian yang melelahkan. Walaupun, hal itu tidak membuatnya lalai untuk mencari hadits dan mengajarkannya kepada murid-murid yang ia bina.
Hal yang membuatnya dikejar-kejar penguasa yang saat itu dijabat Al-Mahdi bermula ketika sang raja mendatangi rumah Sufyan Ats-Tsauri. Al-Mahdi memberikan Ats-Tsauri sebuah cincin yang baru saja ia lepas dari jarinya. Dan tentu, cincin itu sangat bernilai untuk orang kebanyakan, termasuk Sufyan Ats-Tsauri.

“Wahai Abu Abdillah,” ucap sang raja kepada Ats-Tsauri. “Ini adalah cincin kepunyaanku. Ambillah! Aku ingin engkau berkata kepada umat sesuai Quran dan Sunnah,” seraya sang raja melemparkan cincin itu kepada Ats-Tsauri.
Cincin itu pun dipegang Ats-Tsauri. “Izinkan aku berbicara, wahai amirul mukminin,” ucap ulama yang hadits periwayatannya selalu bernilai shahih. “Ada apa?” ucap Al-Mahdi. “Apa aku akan aman jika berbicara?” tanya Ats-Tsauri lagi. “Ya, kamu akan aman!” jawab sang raja.
“Wahai Amirul Mukminin, janganlah engkau datang kepadaku, sehingga aku sendiri yang datang kepadamu. Dan janganlah kamu memberikan sesuatu kepadaku, sehingga aku yang meminta kepadamu!” ucap Ats-Tsauri tanpa sedikit pun menampakkan rasa sungkan.


Betapa marahnya sang raja Al-Mahdi dengan ucapan yang menghinakan seperti itu. Hampir saja, ia memukul Ats-Tsauri kalau saja tidak diingatkan seseorang dengan ucapan jaminan aman sebelum Ats-Tsauri mengungkapkan ketegasannya kepada sang raja.
Orang-orang sudah berkumpul di sekitar rumah Sufyan Ats-Tsauri untuk melihat keadaan sang ulama. Mereka khawatir terjadi sesuatu. Dan betapa gembiranya mereka ketika Ats-Tsauri keluar dari rumah dengan selamat. “Apakah Al-Mahdi mengatakan agar berbicara sesuai Quran dan Sunnah?” tanya mereka kepada Ats-Tsauri.

Dengan ringan, Sufyan Ats-Tsauri menjawab, “Jangan anggap serius ucapannya.” Saat itulah, Sufyan Ats-Tsauri menjadi pelarian. Ia melarikan diri ke Bashrah.


Sebelum ke Bashrah, Ats-Tsauri pergi menuju Mekah. Al-Mahdi mengetahui keberadaan Ats-Tsauri, dan langsung mengutus seseorang untuk memerintah penguasa Mekkah, Muhammad bin Ibrahim untuk menangkap Ats-Tsauri.
Tapi, penguasa Mekkah paham betul kalau Ats-Tsauri seorang ulama besar yang tidak mungkin berbuat salah hingga menjadi buronan. Ia mengutus seseorang untuk memberikan pesan khusus kepada Ats-Tsauri. Isinya, “Jika kamu ada kepentingan untuk menemui beberapa orang di Mekkah, hubungilah aku untuk memberikan perlindungan. Dan jika tidak, sebaiknya sembunyi saja!”
Tetap saja, Ats-Tsauri menemui beberapa ulama Mekkah untuk berdiskusi tentang hadits. Hingga keberadaannya di Mekkah dirasa sudah tidak aman lagi, Ats-Tsauri pun berangkat menuju Bashrah.
Setibanya di Bashrah, beberapa ulama langsung menemuinya. Mereka mengkaji beberapa hadits dari Ats-Tsauri dan berdiskusi dengannya. Dan ketika keberadaannya di Bashrah juga dirasa sudah tidak aman, Ats-Tsauri pun pergi lagi menuju Baghdad.
Begitu seterusnya, hingga beliau akhirnya meninggal dunia di Bashrah, masih dalam suasana persembunyian. Ketika meninggal dunia, seorang ulama, Hammad bin Zaid, berkata, “Wahai Sufyan, aku tidak merasa iri dengan begitu banyaknya hadits yang kamu hafal. Tapi aku iri dengan amal shaleh yang telah kamu perbuat.”

Beberapa nasihat Sufyan Ats-Tsauri yang masih dikenang oleh murid-muridnya. Antara lain, “Melihat wajah orang zhalim merupakan sebuah kesalahan. Siapa yang mendoakan kebaikan kepada orang zhalim, maka dia berarti senang berbuat durhaka kepada Allah.”

Seorang murid Sufyan pun berkata, “Lalu, kepada siapa kami harus bergaul, wahai Syaikh?” Sufyan mengatakan, “Dengan orang-orang yang senantiasa mengingatkanmu untuk berdzikir kepada Allah, dengan orang-orang yang membuatmu gemar beramal untuk akhirat. Dan, dengan orang-orang yang akan menambah ilmumu ketika kamu berbicara kepadanya.”

Surat yang disampaikan ulama yang selalu mengisi waktu antara Maghrib dan Isya atau Zhuhur dan Ashar dengan shalat sunnah ini pun mempunyai sambungannya. “Menurutku, sebaiknya kamu jangan mengundang para penguasa dan bergaul dengan mereka dalam suatu masalah. Takutlah dengan fitnah dari orang yang taat beribadah tapi seorang yang bodoh, dan fitnah orang yang mempunyai banyak ilmu tapi tidak mempunyai akhlak terpuji.”

Sufyan Ats-Tsauri meninggal dunia di usia 84 tahun dan masih dalam suasana persembunyian. Ulama yang begitu wara’ ini pun meninggal dunia dengan masih mengenakan sebuah pakaian yang banyak coretan peta.

Wafatnya Sufyan Ats-Tsauri
Adz-Dzahabi berkata, “Menurut pendapat yang benar, Sufyan meninggal pada bulan Sya’ban tahun161 H, Al-Waqidi juga mengatakan demikian, sedangkan Khalifah meragukannya dan dia berkata bahwa meninggalnya Sufyan adalah pada tahun 162 H.
Sufyan rahimahullah memberikan wasiat kepada Abdurrahman bin Abdul Malik, agar menyalatinya. Dan ketika beliau meninggal Abdurrahman pun memenuhi wasiatnya tersebut dengan menyalatinya bersama penduduk Bashrah. Mereka telah menjadi saksi meninggalnya Sufyan.
Abdurrahman bin Abdul Malik bersama Khalid bin Al-Haritsah dan dibantu penduduk Bashrah menguburkan Sufyan. Setelah acara pemakaman selesai, dia bergegas ke Kufah dan memberitahu keluarga Sufyan perihal meninggalnya Sufyan.
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "SUFYAN ATS-TSAURI (161 H )"