IMAM SUYUTHI


Biografi Islam. Disini akan menuturkan Biografi Legkap Imam Suyuthi. Beliu adalah Ulama Syafi’iyah yang sangat diperhitungkan dalam Madhab Syafi’iyah, baik dizamannya dan Ulama-ulama setelahnya. Bagaimana tidak? Imam Suyuthi dalam karyatulisnya saja tidak kurang dari 600 judul kitab. Selamat membaca!!!
Nasab & Kehidupan Imam Suyuthi
Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Kamaluddin Abi Bakr Bin Muhammad bin Sabiquddîn, Jalaluddin al-Misri as-Suyuthi as-Syafi’i. Lahir pada tahun 849 H / 1445 M di Asyuth Mesir.

Kehidupan Imam As-Suyuthi hampir sama dengan kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni dimasa  berumur enam tahun Ia sudah dalam keadaan yatim tidak sempat berguru kepada ayahandanya. Namun demikian semangat untuk belajar mengajar (ta’allumul ‘ilm) dan beliau sangat berkontribusi besar dalam karya tulis khazanah dunia pendidikan Islam.  Diusia tujuh belas tahun beliau telah diberi wewenang oleh guru-gurunya mengajarkan Ilmu sastra Arab.  pada usia dua puluh tujuh tahun telah diberi wewenang mengajarkan hukum agama (fiqh) dan memberikan fatwa. Sehingga terkenal dan  dinobatkan sebagai maha-guru pada sekolah Ibnu Thulus, As-Syaikhuniyah dan Al-Bibrisiyah.

Disamping sebagai pengajar Ia juga terkenal dengan penulis yang produktif, hampir untuk setiap ilmu yang dipelajarinya selalu beliau buku kan. Salah satu kitab yang ditulisnya adalah kitab Al-Asybâh wan Nadhair (yang serupa dan yang sebanding/ hampir sepadan Al-asybah wan Nadhair karangan As-Subuki), dalam kitab ini terdapat beberapa kaidah Fiqh, semua permasalahan Fiqh kembali kepada kaedah tersebut. Kitab ini menjadi pegangan dari sebagian besar Ulama Nusantara, tidak terkecuali Mahasiswa jurusan Hukum Islam.

Fokus Menulis Dan Beribadah
Pada usia empat puluh tahun Imam Suyuthi memfokuskan dan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan penduduknya seakan-akan beliau tidak mengenal seorang pun, kemudian beliau mulai menulis karya-karyanya, dan meninggalkan berfatwa dan mengajar. Dalam kitab beliau yang berjudul “at-Tanfis” beliau menjelaskan mengenai alasan meninggalkan mengajar dan berfatwa dan memilih menyendiri untuk menulis kitab dan beribadah.Hal tersebut beliau lakukan sampai beliua wafat, beliau tidak membukakan pintu rumahnya di pesisir sungai Nil.
Kelebihan  yang dimiliki oleh As-Suyuthi tidak hanya dibidang kemampuan mengajar dan menulis namun ketaatan dan kesalihannya pun hampir tidak ada tandingan dimasanya, oleh karena itu sebagai motivasi sangat layak pada penulisan biografi  yang singkat ini penulis menguraikan tentang kebesaran As-Suyuthi, yang meliputi Silsilah dan perjalanan Intelektualnya, kemampuannya dalam penulisan karya Ilmiyah dan yang terakhir  penilaian Ulama terhadap Ilmu dan keshalihan yang dimilikinya.

Silsilah dan Perjalanan Intelektual Imam As-Suyuthi
Untuk memuaskan dahaganya akan Ilmu pengetahuan maka selain dikampungnya (Asyuth-Mesir) Ia juga menuntut Ilmu ke-negeri yang lain diantaranya Syam, Hijaz, Yaman, India, Magribi (Maroko). Dalam riwayat tentang Imam Suyuthi, setidaknya beliau pernah berguru lebih dari 150 orang guru, diantara guru-gurunya adalah  Syaikh Syihabuddin As Syarmasahi, Syaikhul Islam ‘Alamuddin Al-Bulqini, Putra Al-Bulqini, Syaikhul Islam Syarafuddin Al-Manawi, Taqiyuddin As Syibli, Muhyiddin al-Kafiji, Syaikh Saifuddin Al-Hanafi

Bidang keilmuan yang beliau kuasai adalah sangat luas. Untuk memperoleh sedikit gambaran, baiklah dikutip disini apa yang beliau tulis dalam buku beliau yang bernama Husnul Muhaadlarah :

“ Pada waktu aku menunaikan Haji aku minum air zam-zam seraya berdoa memohon beberapa hal, antara lain dalam Ilmu Fiqih, dapatlah kiranya aku sampai kemartabat guruku Syaikh Sirajuddin Al-Bulqini, dalam Ilmu hadis kemartabat Al-Hafidh Ibnu Hajardan aku memohon dapat menguasai tujuh Ilmu yaitu: Tafsir, Hadis, Fiqh, Nahwu, Ma’ani, Bayan dan Badi’ menurut cara orang Arab yang baliqh, bukan menurut cara orang Ajam dan ahli-ahli Filsafat. Dan yang aku yakini adalah bahwa apa yang telah aku capai sekarang dalam ilmu-ilmu itu selain Fiqh dan naql yang telah aku pelajari, tidak seorangpun dari guru-guruku telah mencapainya. Adapun dalam ilmu Fiqh aku tidak mengatakan demikian, bahkan guruku Syaikhul Islam ‘Alamuddin Al-Bulqini dan Syaikhul Islam Syarafuddin al-Manawi lebih luas pandangannya dan lebih kaya perbendaharaannya dalam ilmu Fiqh itu. Kekurangan dari ketujuh Ilmu itu aku mengetahui ilmu Usul Fiqh dan Ilmu jadal, kurang dari itu aku mengerti Insya’, Tarasul dan Faraid, kurang dari itu Ilmu Qira-ât dan kurang dari itu Ilmu pengobatan. Adapun Ilmu Hitung (aljabar) adalah ilmu yang paling sulit bagi Ku, kalau aku mengerjakan satu soal dalam ilmu Hitung itu maka rasanya seperti aku memikul sebuah gunun, Pada permulaan menuntut ilmu pernah aku mempelajari logika, lalu Allah menumbuhkan rasa tidak senang dalam hatiku, dan setelah aku dengar Ibnus Shalah mengharamkannya maka akupun meninggalkannya, kemudian Allah memberikan kepadaku ganti Ilmu Hadis yang merupakan semulia-mulianya ilmu”. Lihat Jam’us Shaghir Karya As-Suyuthi.


As-Suyuthi Penulis Produktif
Pada usianya yang ke- 40 tahun, Ia mengundurkan diri dari masyarakat ramai untuk memamfa’atkan seluruh perhatiannya pada studi dan karya tulis. Hasil kerja keras beliau itu adalah berupa kitab-kitab yang tebal, yang terdiri dari beberapa jilid sampai kitab yang lebih kecil (mukhtashar) yang seluruhnya tidak kurang dari 600 (enam Ratus) judul.
Hampir untuk setiap ilmu yang dipelajarinya selaludibukukan. Salah satu buku yang ditulisnya adalah kitab Al-Asybah wan Nadhair, yang serupa dan yang sebanding ‘sepadan’ yang merupakan penyempurnaan dari Al-asybah wan Nadhair karangan As-subki, dalam kitab ini telah termuat sebagian besar dari qaidah-qaidah Fiqh, dan kitab ini pula yang menjadi pegangan sebagian besar Ulama Nusantara tidak terkecuali, para santri cendekiawan muslim dalam kursi perkuliahan. Untuk sekedar gambaran betapa produktif beliau dalam menulis, dapatlah dilihat dari daftar sebagian kitab-kitab yang beliau tulis dalam berbagai ilmu seperti tercantum dibawah ini:

Dalam Ilmu Tafsir dan Qiraa-at

  1. Al- Itqân fî Ulûmil Qur’ân,
  2. Addûrrul Mantsur fit Tafsiril Ma’-tsur,
  3. Tarjumaanul Qur’ân fit- tafsiiril Musnad,
  4. Asrârut Tanzîl, dan dinamai Qatfu Azhar fî Kasyfi asrâr,
  5. Lubaabun Nuquul fi As-baabin Nuzul,
  6. Mufḫamâtul Aqrân fî Mubḫâmatil Qur’ân,
  7. al-Muhazzab fima Waqa’a fil Qur’an minal Mu’arrab,
  8. Al-Iklil fistinbâtit Tanzîl,
  9. Takmilatu Tafsîrisy Syaikh Jalaaluddin Al-Mahally  (Penyempurna Tafsir Al-Mahally/popular dengan sebutan tafsir Jalalaian ‘Karya Dua Jalaluddin’),
  10. At-tabhir fi Ulûmit Tafsîr,
  11. Hasyiah ‘alâ Tafsîril Baidhawi,
  12. Tanaasuqud Durar fî Ta-nâsubis Suar,
  13. Marâshidul Mathali’ fî Tanâsubil Maqâthi’i wal Mathâli’i,
  14. Majma’ul Bahrain wa Matha’ul Badrain fit Tafsir,
  15. Mafâtiḫu ghaib Tafsir,
  16. Al-Azharul Fa-ihah alal Fatiḫah,
  17. Syarhul Istiâdzah wal Basmallah,
  18. Syarhus Syâthibiyah,
  19. Al- Alfiyah fil Qiraa-atil ‘Asyâr,
  20. Khama-iluz Zahar fi Fa-dlâ-ilis suar,
  21. Fathul Jalil lil ‘Abdiz Dzalil,
  22. Al-Qaulul Fashih fi Ta’yiniz Dhabih,
  23. Al-Yadul Busthâ fis Shalâtil Wushta,
  24. Mu’tarakul Aqrân Musytarakil Qur-ân.

Dalam ilmu Hadis
  1. Kasyful Mughattan fi Syarhil Muwattha,
  2. Is’âful Mubthâ bi Rijâ lil Muwattha,
  3. At- tausyih alal Jâmi’is Shahih,
  4. Ad- Daubaj ‘alâ Shahiḫi Muslim bin Hajjaj,
  5. Mirqâtus Shu’ud ilâ Sunani Abi Dâwud,
  6. Syarḫu Sunan Ibni Mâjaḫ,
  7. Tadribur Rawi fi Syarhi  Taqribin Nawawi.
  8. Syaraḫ Al-fiyah Al-Iraqi,
  9. Al-Alfiyah fi Mushthalahil Hadis/Nadh-mud durar fî Ilmi  Atsar,
  10. Qathrud Durar fî Syarhil Al-fiyah,
  11. At- Tahdzib fiz Zawaa-idi alat Taqrib,
  12. ‘Ainul Ishâbah fî Ma’rifatis Shahaabah,
  13. Kasyfut Talbis ‘an Qalbi Ahlit Tadlis,
  14. Taudliḫul Mudrak fî Tash-ḫiḫil Mustadrak,
  15. Al- La-âlil Mashnu’ah fil Aḫâdisil Maudhu’ah,
  16. An- Nukatul Badî’ât alal Maudlu’ât,
  17. Ad Dalil ‘alal  Qaulil Musnad,
  18. Al-Qaulul Hasan fî Dzabbi ‘anis Sunan,
  19. Lubbul Lubâb fî Taḫriril Anshâb,
  20. Taqribul Gharib,
  21. Al-madraj ilal Mudraj,
  22. Tadzkitatul Mu-tasi biman Hadatsa wa Nasiy,
  23. Tuḫfatun Nabih bi Talkhishil  Mutasyabiḫ,
  24. Arraudhul Mukallal Wal Wardul Mu’allah fil Mushthalah,
  25. Muntaḫal  ‘âmal fî Syarḫi ḫaditsi Innamal  A’mâl,
  26. Al-Mu’jizaaat wal khashaa-is An nabawiyah,
  27. Syarhus Shuduur bi Syarhi Ahwaalil  Mautaa fil Qubuur,
  28. Al-Budûrus Sâfirah ‘an Umûril Akhirah,
  29. Mâ Rawâḫul wâ’un fî Akhbârit Thâ’un,
  30. Fadl-lu Mautil Aulâd,
  31. Khashâ-ishi Yaumil Jum‘ah,
  32. Minhâjus Sunnah wa Miftahul Jannah,
  33. Tamḫîdul Farsy Fil khishâli Mujibah li dhillil ‘Arsy,
  34. Buzûghul Hilal Fil khishâli Mujibah li dhilâli,
  35. Miftahul jannah fil ‘Itishâm bis Sunnah,
  36. Mathla’ul badrain fi man yu’tâ Ajrain,
  37. Sihâmul Ishâbah fid Da’wâtil Mujabah,
  38. Al-kalimut thaib wal Qaulul mukhtar fil-Ma’stuuri minad Da’waati,
  39. Adzkarul adzkâr,
  40. At-thibb An-nabawi,
  41. Kasyfus shalshalah ‘an washfiz Zalzalah,
  42. Al Fawâidul Kâminah fî Imânis Saidah  Aminah,
  43. Al-Musalsalatul Kubrâ,
  44. Jiyâdul musalsalah,
  45. Abwâbus Sa’âdah fî As- bâbis Syahâdah,
  46. Akhbaâul malâ-ikah,
  47. As-Tsughûrul Bâsimah fî Manâqibis Sayidah Aminah,
  48. Manâhijus Shafâ fî taḫriiji Aḫâdisis Syifâ,
  49. Al-Asâs fî Manâqibi Banil Abbas,
  50. Durrus Sahâbah fi Man Dakhala Mishra minas Shaḫâbah,
  51. Zawaâidu  Syu’abil Iman lil Baihaqi,
  52. Lammul Athrâf wa Dlammul Atrâf,
  53. Ithrâful asyrâf bil Isy-râf alal Athrâf,
  54. Jâmi’ul Masânid,
  55. Al-Fawaa-idul Mutakaatsi-rah fil Akhbaaril Mutawaatirah,
  56. Al-Azhârul Mutanaatsirah fil Akhbâril Mutawaatirah,
  57. Takhriju Ahaadisid Durratil Faakhirah,
  58. Tajribatul ‘Inayah fî Takhriji Aḫâdisil Musytahirah,
  59. Al-Hashru wal Isya’ahli Asyraathis Sâ’ah,
  60. Ad Duratul Muntatsirah fil Aḫâditsil Musytahirah,
  61. Zawâidur Rijâl ‘alâ Taḫzibil kamâl,
  62. Ad- Duratul Munaddham fil ismil Mu’addham,
  63. Juz fis shalah ‘alan Nabi shallallahu ‘alaihi Wasallam,
  64. Man ‘Asyâ’ Minas shahâbah Mi’ah wa ‘Isyrina Sanah,
  65. Juz’un Min Asma-il Mudal-lisin,
  66. Al- Luma’ fî Asmâi Man Wadla’,
  67. Al-arba’un Al-Mutabâyinah,
  68. Durarul Biḫâr fil Aḫâdisil Qishar,
  69. Arriyadlul Aniqah fî Syarḫi Asmâi Khairil Khalqah,
  70. Al-Mirqatul ‘Aliyah fî Syarḫil Asmaa-in Nabawiyah,
  71. Al-Ayatul Kubrâ fî Qisshatil Isrâ’,
  72. Arba’ûna Hadisan Min Riwâyati Malik ‘an Nâfi’ ‘an Ibni Umar,
  73. Fahrasatul  Marwiyât,
  74. Buhgyatur Râ-id fid Dzaili ‘alâ Majma’iz Zawâid,
  75. Azhârul Ahâkam fî akhbâril Aḫkâm,
  76. Al- Hibatus saniyah fil Haiatis Sunniyah,
  77. Takhriju Aḫâditsi Syarḫil ‘Aqâid,
  78. Fadllul jalad,
  79. Al-Kalâm ‘alâ Haditsi Ibni Abbas: Ihfadhilaha Yah-Fadlka,
  80. Arba’ûna Hadisan Fadllil Jihad,
  81. Arba’ûna Hadisan Raf’il Yadaini fid Duâ’,
  82. At-Ta’rif  bi Adâbit Ta’lif,
  83. Al- ‘Isyâriyât,
  84. Al-Qaulul Asybah fî Haditsi Man‘Arafa  Nafsah Faqad ‘Arafa Rabbah,
  85. Kasyfun Naqâbi ‘anil Alqab,
  86. Nasyrul ‘Abir fî Takhriji Aḫâditsisy Syarhil Kabîr,
  87. Man Wâfaqa  Kunyatuhu kunyata zaujatihi minash Shahabah,
  88. Dzammu Ziyâratil Umarâ’,
  89. Zawâidu  Nawâdiril Ushûl lil Hakîm At-Tirmizi.
Dalam Fan Fiqih
  1. Hâsyiyah alâ al-Raudhah ( Ringkasan Kitab Raudlah Karya Imam Nawawi),
  2. Mukhtsharu al-Raudhah Wasmuhul Qin-yah,
  3. Mukhtasharut Tanbih wa Yusammal Wafi,
  4. Al-Asybah wan nadhaair,
  5. Al-Lawâmi’u wal Bawâriqu fil Jawâmi’i wal-Fawâriqi,
  6. Nadmur Raudhah Wasmuhul Khulashah,
  7. Syarḫun Nadhmis  Sâbiqi Wa Yusamma Raf’ul Khashâshah,
  8. Al-Waraqatu al-Muqaddamah: (Syarhu Raudhah - Raudlah Karya Imam Nawai),
  9. Hasyiyah alâl Qith’ah Lil Asnawi,
  10. Al-‘azbus Saltsal fî Tashḫiḫil Khilafil Mursal,
  11. Jam’ul Jawâmi’,
  12. Al-Yanbu’ Fîmâ Zâda alar Raudhah Minal Furû’
  13. Tahsinul Qadim. (Mukhtasharul Khadim),
  14. Tasyniful Asmâ’ bimasâilil Ijmâ’,
  15. Syarḫut Tadriibil Kâfî Fî Zawâidil Muhazzhabi ‘alal Wâfi,
  16. Al-Jâmi’ fil farâidl,
  17. Syarhur Rahbiyah fil Farâidl,
  18. Mukhtasharul Aḫkâmis Sulthaniah Lil Mawardi,

Dalam Ilmu Bahasa Arab (Lughah)
  1. Al-Bahjatul Midlyah fi Syarhi Alfiyah (Syarh Al-Fiyah Ibnu Malik),
  2. Alfyah Fin Nahwi Wash Sharfi Wal Khath (Al-Faridah),
  3. An-Nuqât alâ Alfiyah Wal Kafiyah Wasy Syâfiyah Was Syudhûr,
  4. Al-Fathul Qarîb ‘alâ Mughnil Labib,
  5. Yarhu Syawâhidil Mughni,
  6. Jam’ul Jawâmi’,
  7. Syarhul Jam’il Jawâmi’is Sâbiq Wasmuhu Ham’ul Hawâmi’,
  8. Syarhu Milḫatil ‘Irâb,
  9. Mukhtasharul Milḫatul ‘Irâbi,
  10. Mukhtasharu Alfiyyât Wadaqâiquhâ,
  11. Al-Akhbârul Marwiyyatu fî Sababi Wad’il ‘Arâbiyyah,
  12. Al-Masha’idul ‘aliyah fil-Qawâ’idin Nahwiyyah,
  13. Al-Iqtirâhu fî Ushûlin Nahwi Wajadalih,
  14. Raf’us Sinnât fî Nashbiz Zinah,
  15. As- Syam’atul Mudhiyyah,
  16. Syarhu Kâfiyât Ibni Maalikin,
  17. Durrut Tâj fî-‘Irâbi Musykilil Minhâj,
  18. Risalah fî Mas-alah Dharab Zâidun Qâiman,
  19. As-Silsilah Al-Muwasyakhah,
  20. Asy-Syahdu,
  21. Syadzal ‘Arfi fî Isbâtil Ma’nâ Bil Harf,
  22. At-Tausyih ‘Alat Taudhih,
  23. As-Saifus Shaqîl (Hasyiah ‘ala Syarhi Ibni ‘aqîl)
  24. Hâsyiyah ‘ala Syarhi Sudzurid Dzahabi Li Ibni Hisyâm,
  25. Syarhul Qashîdatil Kâfiyah fî Fannit Tashrîf,
  26. Qathrun Nada fî Wurûdil Hamzah Fin Nidâ’,
  27. Syarhu Tashrîfil ‘Izzi,
  28. Syarhu Dharuriyyit Tashrîf Li Ibni Mâlik,
  29. Ta’riful ‘Ajam Biḫûfil Mu’jam,
  30. Nukatun ‘alâ Syarhisy Syawaahidi Lil’ain,
  31. Fajru Tsamdi fî ‘Irâb Akmalil Hamd,
  32. Az-Zandul Wariyyu fil Jawâb ‘alâs Su’âlis Sakandariyy,
  33. Syarḫu Lam’ah alal Isyrâq,
  34. Nukatun alât Talḫiishi Wasmuhu Al-Ifshâh,
  35. ‘Uqudul Jumân Fil Ma’ani Wal Bayân,
  36. Syarhu ‘Uqudil Jumân,
  37. Syarhu Abyât Talkhishil Miftâ,
  38. Mukhtashar Talkhishil Miftâh,
  39. Nuqatun ‘alâ Hasyiyatil Mutthawwal,
  40. Hasyiyah alâ Syarhi Sa’did Diinit Taftazânil Mukhtashar,
Dalam Ilmu Ushul dan Tasawwuf
  1. Al-Kaukabus Sâthi’ fî Nazdmi Jam’il Jawâmi’,
  2. Syarḫul Kaukab,
  3. Syarḫul Kaukab Waqqâd fil ‘Itiqâd,
  4. Al-Badi’iyyah Fi Ta’yîdil Haqiqqâtil ‘Aliyyah,
  5. Tasyyidul Arkân fî Laisa fil Imkân Abda’ mimmâ kanâ,
  6. Durajul Ma’âl fî Laisa fil Nushratil Ghazali alal Munkiril Mutaghaal,
  7. Al- Khabarud Dâl ‘alâ Wujûdil Quthbi Wal Autâd,
  8. Mukhtashar iḫyâ’ Ulumuddin lil ghazali,
  9. Al-Ma’anid Daqiqah fî Idraakil Haqiqah,
  10. Syawâridul Fawâid,
  11. Qalâidul Fawâid,
  12. Nadhmut Tazkirah (Al-Falakul Masyhun)

Dalam Ilmu Tarikh Dan Tsaqafah (Kebudayaan)
  1. Thabaqâtul Huffadh,
  2. Thabaqatun Nuḫât Al-Kubrâ Wal Wusthâ Wash Shughrâ,
  3. Thabaqâtul Mufassirîn,
  4. Thabaqâtul Ushuliyîn,
  5. Thabaqâtul Kuttâb,
  6. Hilyatul Auliyâ’,
  7. Thabaqaatul Syu’arâil ‘Arâb,
  8. Tarikhul Khulafâ’,
  9. Husnul Muḫadharah fî Tarikhi Mishrâ Al-Qahirah,
  10. Tarîkhu Asyuth,
  11. Hâthibul Lail Wa Jârifu Sail (Kumpulan riwayat hidup gurunya),
  12. Al-Mu’jamus Shaghîr,
  13. Tarjamah An Nawawi,
  14. Tarjamah Al-Bulqini,
  15. Al-Multaqathu Min Ad-Duraril Kaminah Li Ibni Hajar,
  16. Târikhul ‘Umur,
  17. An-Nafatul Miskiyah Wat Tuḫfatul Makiyah,
  18. Durarul Kalim Wa Ghurarul Hikâm,
  19. Diwânul Khuthab,
  20. Diwaan Syi’ir,
  21. Al-Maqâmâ,
  22. Ar-Rihlatul Faiyumiyah,
  23. Ar-Riḫlatul Makiyah,
  24. Ar-riḫlah Ad Dimyâthiyyah,
  25. Ar-Rasâil Ilâ Ma’rifatil Awaail,
  26. Mukhtashar Mu’jamil Buldân Liyâqut,
  27. As- Syamârikh fî Ilmit Târikh,
  28. Al-Jamaanah. (Tentang makna kalimat-kalimat yang sering dipakai),
  29. Al-Munâ fil Kunâ,
  30. Fadl-lus Syitâ,
  31. Mukhtashar Taḫdzibil Asmâ’ Wal Lughât Lin Nawawi,
  32. Al-Ajbiwatuz Zakiyah ‘alal Alghaazil Makiyah.
  33. Raf’u Sya’nil Hubsyan,
  34. Tuḫfatul Madzâkir fî Mukhtashar Ibni ‘asâkir,
  35. Syarah Bânat Su’âd,
  36. Tuḫfatud Dhurafâ Li Asmâil Khulafaa’,
  37. Mukhtashar Syifâil ‘Alil fî Dhammish Shaḫib Wal Khalil.
Pandangan Ulama terhadap Imam As-Suyuthi.
Syaikh Nasiruddin Al-Bani, salah satu tokoh Ulama Arab berupaya keras untuk mentahqiq karya Imam Suyuthi Majmu’ Shaghir dengan kitab yang berjudul Shaḫihul Jâmi’ush Shaghir Wa Zawâid. Disana Al-Bani banyak mengatakan ‘hadits mawdlu’’ hadits yang dianggap shahih oleh Imam Suyuthi. Hemat penulis pernyataan Al-Bani tersebut perlu dikaji ulang. Pasalnya Al-bani terlau mudah (tasahhul) mendhaifkan atau bahkan mengatakan hadits palsu, hadits yang menurut ImamBukhari shahih.
 Pada usia 40 tahun As-Suyuthi sudah bekecimpung dalam tulisan karya Ilmiah, adapun buku yang ditulisnya  kurang lebih  600 judul sedangkan  yang terdata dalam makalah ini berdasarkan sumber yang ada sebanyak 220 judul buku, salah satu karya Ilmiyah yang nyata dan banyak Ulama Indonesia beramal dengan buku tersebut  adalah kitab Fiqih Asybah Wan-Nadhair yang didalamnya memuat kaedah yang lima yaitu:
الْØ£ُÙ…ُÙˆْرُ بِÙ…َÙ‚َا صِدِÙ‡َا، اَÙ„ْÙŠَÙ‚ِÙŠْÙ†ُ Ù„َا ÙŠَزَالُ بِالشَّÙƒّ، اَÙ„ْÙ…َØ´َÙ‚َّØ©ُ تَجْÙ„ِبُ التَّÙŠْسِÙŠْر، اَلضَّرَرُ ÙŠُزَالُ، اَÙ„ْعَادَØ©ُ Ù…َØ­َÙƒَّÙ…َØ©.
Artinya: Setiap ubudiyah bergantung pada niat-tujuannya, yaqin tidak bias dihilangkan sebab adanya keraguan, hokum yang berat dapat tergantikan hokum yang ringan (dalam rukhshaḫ), kemadlaratan dapat dihilangkan, dan adat kebiasaan dapat menjadi hukum.
Yang semua Qaidah tersebut adalah  sebagai patron persoalan fiqh karena semua persoalan manusia yang berhubungan dengan hukum akan dijawab oleh fiqh berdasarkan perbandingan Alqur’an dan Hadis.
            Dengan mengenal biografi As-Suyuthi semoga termotivasi bagi pencari Ilmu untuk belajar lebih yakin dan Ikhlas hanya semata-mata untuk meraih Ridha Allah Swt, semua karya ilmiahnya diikhlaskan dan di izinkan untuk diperbanyak bagi umat, karena belajar dan menulis As-Suyuthi bukanlah untuk mengharap jadi Guru bersar dan orang besar. Imam Suyuthi wafat pada tahun 911 H / 1505 M, bermazhab Syafi’i

Guru-Guru Imam Suyuthi
Layaknya kebesaran Imam Suyuthi, beliau memiliki banyak sekali guru yang tak terrtandingi jumlahnya pada masa beliau hidup. Berikut ini nama-nama guru Imam Suyuthi yang paling masyhur baik laki-laki maupun perempuan;

Guru - Guru Laki-Laki
  1. Syaikh Ahmad bn Ibrahim bin Nashr bin Ahmad bin Muhammad bin Abul Fath Al-Kinani Al-Asqalany Al-Qahiry Ash-Shalihi Al-Hanbali,
  2. Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Abu Bakar Asy-Syarimsahi Asy-Syafi’i.
  3. Syaikh Taqiyyuddin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Yahya Ats-Tsumunni.
  4. Syaikh Taqiyyuddin Asy-Syibli Al-Hanafi, beliau adalah guru Imam Suyuthi dalam bidang hadits,
  5. Imam ‘Alamuddin Al-Bulquni; Shalih bin Umar bin Ruslan,
  6. Syaikh Abdul Aziz bin Abdul Wahid bin Abdulloh bin Muhammad Al-Izz bin At-Taj At-Takruri Asy-Syafi’i,
  7. Syaikh Abul Fadl Abdul Aziz bin Muhammad bin Muhammad bin Al-Izz Al-Miqati,
  8. Syaikh Abdul Qadir bin Abul Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Mu’thi Al-Anshari As-Sa’di Al-Ubadi Al-Maliki,
  9. Imam Jalaluddin Al-Mahalli; Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim Al-Mahalli Asy-Syafi’i,
  10. Syaikh Muhammad bin Sulaiman bin Sa’ad bin Mas’ud Ar-Rumi Al-Bar’Ami Al-Kafiji Al-Hanafi,
  11. Imam Kamaluddin Al-Hammam Al-Hanafi; Muhammad bin Abdul Wahid bin Abdul Hamid Al-Iskandari,
  12. Imam Al-Munawi; Syarafuddin, Yahya bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad.
Guru - Guru Wanita
  1. Amatul Khaliq (Ummul Khoir). Beliau adalah seorang ahli hadits dan merupakan orang terakhir yang meriwayatkan Shohih Bukhori dari ulama’ Hijaz,
  2. Amatul Aziz binti Muhammad bin Yunus Al-Amani. Beliau juga merupakan Ahli hadits, Imam Suyuthi belajar kitab “Tsulatsiyatul Bukhari” kepadanya,
  3. Ummul Fadhl bintu Muhammad Al-Mishriyah.
  4. Ummul Fadl bin Muhammad Al-Maqdisi. Beliau juga merupakan ahli hadits.
  5. Ummu Hani’ binti Abul Hasan Al-Hurini.
  6. Khadijah bintu Abul Hasan bin Al-Mulqin,
  7. Fathimah bintu Ali bin Al-Yasir,
  8. Kamaliyah bintu Muhammad bin Abu Bakar Al-Marjani.
  9. Nasywan bintu Abdulloh Al-Kanani,
  10. Hajar bintu Muhammad Al-Mishriyah,
  11. Hajar bintu Muhammad Al-Maqdisi,  
Keterangan: Untuk yang no 3. Beliau juga merupakan seorang Ahli hadits. Imam Suyuthi bercerita; “Aku bertemu dengan Ummul Fadhl binti Muhammad Al-Mishriyah, beliau bertanya kepadaku mengenai nama, kunyah, nama, nasab, daerah asalku dan dimana aku tinggal, aku menjawab semuanya, kemudian beliau berkata; “Aku bertemu dengan Abdulloh bin Umar Al-Azhari, beliau menanyakan kepadaku mengenai nama, kunyah, nasab, daerah asal dan dimana aku tinggal.... Anas -rodhiyallohu ‘anhu-  berkata; “Saya bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau bertanya kepadaku sebagaimana yang aku tanyakan kepadamu, kemudian beliau bersabda; “Wahai Anas, perbanyaklah teman, karena kelak sebagian dari kalian akan bisa member syafa’at kepada sebagian yang lain”.
Murid -Murid Imam Syuthi
Diantara murid-murid beliau yang paling masyhur adalah :
  1. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syadzili Asy-Syafi’i.
  2. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barakat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafi, penulis kitab “Badai’uz Zuhur Fi Waqo’iud Duhur”,
  3. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah,
  4. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar Al-‘Alqami,
  5. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi Al-Mishri.
  6. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Thulun Ad-Damasyqi Al-Hanafi,
  7. Syaikh Muhammad bin Al-Qadhi Radhiyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdullah bin Badr bin Utsman bin Jabir Al-Ghazi Al-‘Amiri Al-Qurasyi Asy-Syafi’i,
  8. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami,
  9. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni Asy-Syafi’i.
Akhlak Imam Suyuthi
Imam Suyuthi adalah seorang Ulama’ yang dikenal dengan kezuhudannya, tekun beribadah dan menjauhi urusan-urasan dunia. Para pemimpin dan orang-orang kaya seringkali berdatangan kepada beliau, lalu mereka menmberikan an harta kepada beliau, namun beliau menolaknya. Suatu ketika ada orang yang memberikan seorang budak dan uang sebanyak seribu dinar, beliau mengembalikan uang tersebut dan mengambil budak lalu dia memerdekakannya dan menjadikannnya sebagai pelayan di ruangan makam Nabi, kemudian dia berkata kepada orang yang menghadiahkan uang seribu dinar dan budak tersebut: “Janganlah kamu datang kepadakudengan hadiyah, karena sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kepadaku dari hadiah-hadiah tersebut. Beliau tidak pernah  membeda-bedakan antara orang terpandang

Selain itu beliau tidak senag terlalu sering menghadap para impinan, bahkan berkali-kali para pemimpin mengundang beliau namun beliau enggan untuk datang. Pernah suatu ketika seseorang bertanya kepada beliau; ”Bukankah Ulama’-ulama’ yang masyhur akan kewaliannya juga sering mendatangi para pemimpin demi memenuhi hajat rakyat”. Beliau menjawab; ”Mengikuti para ulama’ salaf dengan tidak mendatangi mereka lebih menyelamatkan agama seorang muslim”. Karena itulah beliau menulis kitab yang berjudul ”Ma Rowahul Asathin Fi ’Adamit Taroddud ’Alas Salathin”, sebuah kitab yang menjelaskan riwayat-riwayat ulama’ salaf yang menjelaskan agar tidak terlalu sering mendatangi para pemimpin.

Dalam muqadimah kitab ”Al-Asybah Wan Nadha’ir”Iimam Suyuthi mengtakan; ”Hum waratsatul anbiya’ wa yuhtada kanujumis sama’... wahum al-muluuk? la, bal al-muluuk tahta aqdamihim wa fi tashorifi aqwalihim wa aqlamihim” (Para ulama’ adalah pewrais para Nabi, mereka memberikan petunjuk laksana bintang-bintang dilangit. Apakah mereka raja? tidak, mereka bukan raja tapi para raja harus tunduk pada mereka dan mengikuti perkataan dan tulisan mereka).


Meninggalnya Imam As-Suyuthi
Imam As-Suyuthi wafat  pada waktu sahur malam jum’at tanggal 17 Jumadil Ula tahun 911 H. dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqbas. Beliau dimakamkan di Haush Qushun sebelah timur pintu al-Qarafah. Nama beliau dinisbatkan kepada daerah asal ayah beliau, yaitu Asyuth, karena itu beliau dikenal dengan nama Imam Suyuthi.

Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "IMAM SUYUTHI"